Duterte Tuding AS Ganggu Stabilitas Negaranya
- REUTERS/Lean Daval Jr
VIVA.co.id – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menuduh Amerika Serikat mengganggu stabilitas regional dengan membangun gudang senjata di wilayahnya. Ia mengancam akan membatalkan perjanjian keamanan antara Filipina dan AS.
Duterte mengatakan, Washington telah membawa senjata ke tiga provinsi di negaranya dan menyimpannya secara permanen. Menurut Duterte, apa yang dilakukan AS adalah pelanggaran serius dari kesepakatan pertahanan di antara mereka.
"Saat ini mereka membongkar senjata di Filipina. Saya sudah memberitahu pihak militer AS, jangan lakukan itu, saya tak akan mengizinkannya," ujar Duterte, seperti dikutip dari Reuters, Senin 30 Januari 2017.
"Ketentuan bagi perjanjian dengan militer asing, tak boleh ada fasilitas permanen. Sebuah gudang, meski memiliki nama lain, tetap saja gudang. Itu adalah struktur permanen gudang senjata," dia menambahkan.
"Saya tak tahu, bisa saja mereka menyimpan senjata nuklir saat ini, dari bongkar muat yang mereka lakukan," ujarnya. Duterte sejak menjabat sebagai Presiden Filipina selalu terang-terangan menunjukkan rasa tak sukanya pada keberadaan militer AS di Filipina.
Komentar Duterte disampaikan tak lama setelah Pentagon memberikan lampu hijau untuk membangun gudang senjata, barak militer, dan landasan di Filipina pada tahun ini. Keputusan Pentagon didasarkan pada perjanjian Enhanced Defence Cooperation Agreement (EDCA) yang disepakati pada 2014 antara kedua negara yang telah lama bersekutu itu.
Jika gudang senjata jadi dibangun, Duterte mengatakan akan menimbang kembali beberapa perjanjian, dan bisa jadi mencabutnya, melalui perintah eksekutif.
Perjanjian EDCA mengizinkan rotasi penempatan kapal AS, pesawat terbang, dan tentara pada lima pangkalan militernya di Filipina. Termasuk juga gudang perlengkapan untuk kemanusiaan dan operasi keamanan maritim.
Duterte berulang kali mengancam akan merobek perjanjian keamanan dengan AS, jika negeri Paman Sam tak menunjukkan sikap untuk menghargai. Perlawanan Duterte menimbulkan pertanyaan karena sudah lama Filipina dan AS bersekutu.
Tahun lalu, Duterte mengecam AS karena menekan Filipina untuk menegakkan putusan Pengadilan Tetap Arbitrase Internasional di Belanda yang membatalkan sebagian besar klaim Beijing di Laut China Selatan. (art)