Kebijakan Populis Trump Bisa Kacaukan Tatanan Dunia
- REUTERS/Rick Wilking
VIVA.co.id – Sepekan setelah dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump telah menandatangani beberapa keputusan kontroversial. Janji kampanyenya yang selama ini dianggap retorika kini satu per satu mulai dibuktikan.
Kendati demikian, mantan Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda menilai bahwa masih terlalu dini untuk memiliki pendapat konklusif tentang kebijakan Trump di berbagai bidang. Sebab, menurutnya, tak hanya Trump, pada umumnya dalam pemilu presiden selalu ada jarak antara janji kampanye dan realita.
"Sebetulnya masih terlalu dini untuk menilai kebijakan Trump. Apalagi dia menggunakan cara yang cukup cerdik dengan platform politik populis untuk menarik simpati. Dia juga memainkan isu bahaya imigrasi, phobia anti-Islam, terorisme dan globalisasi selama kampanye lalu," kata Hassan dalam forum diskusi Centre for Strategic and International Studies di Jakarta, Jumat, 27 Januari 2017.
Pola kepemimpinan Trump yang bersifat populis, yang berarti keberpihakan kepada rakyat kecil, sangat berbeda dengan pola kepemimpinan yang selama ini dijalankan oleh presiden sebelumnya. Menurut Hassan, kebijakan populis ini menimbulkan keraguan apakah Trump bisa terus memimpin selama empat tahun ke depan.
"Di bawah platform populis ini kita akan menyaksikan dunia yang lebih disarray (kekacauan), baik itu konsep terhadap world order dan regional order, serta pada negara secara individu termasuk Indonesia," ujar Hassan.
Selain itu, menurut Hassan, masih ada kemungkinan Trump akan berubah pikiran atau akan ada perubahan politik drastis di Amerika. Untuk itu, peran Indonesia di kawasan tetap perlu dikuatkan untuk menunjang dinamika tersebut. (ase)