RI Diminta Jangan Ikut-ikutan Manuver Amerika Maupun China
- ANTARA FOTO/M N Kanwa
VIVA.co.id – Keputusan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump untuk mundur dari perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) – yang dulu dirintis Presiden Barack Obama – bisa berdampak luas. Maka, walau tidak ikut TPP, Indonesia sebagai negara berkembang diminta tidak lagi bisa bergantung pada raksasa-raksasa ekonomi seperti Amerika Serikat dan China.
Pengamat yang juga Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips J. Vermonte, mengatakan bahwa untuk menghadapi dinamika global tersebut, Indonesia harus turut serta mengembalikan relevansi dan kekuatan ASEAN, serta kepemimpinan Indonesia di kawasan.
"Menghadapi situasi ini, kita harus mempertahankan relevansi Indonesia dan ASEAN. Karena kalau Trump mundur dari berbagai kerja sama multilateral ekonomi, akan membawa kerugian buat Indonesia, yang membutuhkan akses free market," kata Philips di Jakarta, Jumat 27 Januari 2017.
Philips menjelaskan bahwa kehadiran Amerika selama ini cukup mengimbangi China, di samping isu soal Laut China Selatan. Sementara itu jika Amerika mengundurkan diri dari beberapa kemitraan di Asia Pasifik, tentu China akan semakin menonjol di kawasan.
"Kalau China terus menerus mengembangkan kemampuan ekonominya, misal melalui prinsip One Belt, One Road, maka itu akan berdampak pada Indonesia yang memiliki kebijakan Poros Maritim. Terkait hal ini, Indonesia harus mendorong agenda maritim yang tidak hanya berpengaruh pada kepentingan domestik, tetapi juga mempertahankan relevansi geopolitik Indonesia di Asia Tenggara," ujar Philips.
Selain itu, Trump yang memiliki ciri kepemimpinan populis juga akan lebih memilih kerja sama yang bersifat bilateral, dibandingkan dengan multilateral. Donald Trump juga dinilai akan memilih hubungan kerja sama luar negeri yang fokus ke negara besar seperti Rusia dan China.
"Waktunya bagi Indonesia untuk kembali memperlihatkan kepemimpinannya. Bukan karena kita negara paling besar, namun karena Indonesia memiliki sifat kepemimpinan yang intelektual. Artinya Indonesia banyak memberikan visi dan orientasi kepada ASEAN, yang bisa disesuaikan dengan kepentingan nasional Indonesia," kata dia. (ren)