British Council Ajarkan 'Metode Pembelajaran Abad 21'
- VIVA.co.id/Avra Augesty
VIVA.co.id – British Council Indonesia meluncurkan program pengembangan kapasitas kepala sekolah, guru, dan siswa di 12 SMA dan SMK di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat.
Program bertajuk "Pendidikan Global: Membangun Generasi Muda Cerdas dan Berkarakter" ini akan mulai diterapkan mulai Januari hingga November 2017.
Program pelatihan kemampuan ini ditargetkan akan menjangkau sedikitnya 160 kepala sekolah, 1.800 guru, dan 800 siswa-siswi.
Direktur British Council Indonesia, Paul Smith mengatakan, pogram ini disiapkan kepada para generasi muda Indonesia agar lebih siap dan mampu bersaing di pasar tenaga kerja internasional.
Paul juga menjelaskan metode proyek ini akan difokuskan kepada cara mengajar guru di sekolah-sekolah yang dipilih oleh British Council Indonesia agar murid-murid dapat mendapat waktu belajar yang berkualitas.
"Proyek ini baru saja dimulai, bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, juga Bank HSBC. Proyek ini mencoba membantu para guru (dalam mengajar) di sejumlah sekolah terpilih di Jakarta dan Bandung," ujar Paul kepada VIVA.co.id, Kamis, 12 Januari 2017.
"Mereka (guru) akan diajarkan bagaimana cara mengajar, atau apa yang disebut sebagai metode pembelajaran abad 21".
Menurut Paul, metode pengajaran abad 21 yang akan dicanangkannya berbeda jauh dengan metode-metode lama yang pernah diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Metode dalam program tersebut akan lebih condong kepada membangun karakter murid.
"Bagaimana menjadikan mereka (murid) lebih baik, menciptakan kesempatan untuk diri-sendiri, memiliki kemampuan profesional, kemampuan yang seharusnya kita kendalikan, menganalisa dan mengatasi masalah dengan cara profesional," kata Paul.
British Council yakin bahwa komunikasi global akan lebih mudah dilakukan menggunakan bahasa Inggris. Singkatnya, karena bahasa Inggris menjadi bahasa yang paling sering diterapkan dalam berbagai aspek bisnis dan aspek profesional dari seluruh penjuru negeri.
"Tidak ada maksud apa-apa (dengan bahasa Inggris). Ini hanya soal menjadi manusia abad 21," ucap Paul.
"Mereka (murid) juga diajarkan bagaimana menjadi lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan internasional, menjadi masyarakat baik. Mengenal lebih jauh budaya, tingkah laku, dan agamanya," tutur dia.
Hal penting lain dari program ini, Paul menegaskan, pihaknya ingin membangun kegigihan (enterpraise) murid, bukan jiwa usaha (entrepreneurship), di mana mereka dapat menggunakan kemampuan mereka dalam menciptakan kehidupan profesi bisnis pribadi.
"Jadi, akan ada lebih sedikit orang yang bekerja untuk orang lain di masa mendatang. Bisnis-bisnis manufaktur besar akan lebih sedikit," ujarnya.