Penculikan di Perairan Global Naik Tiga Kali Lipat
- www.worldbulletin.net
VIVA.co.id – Laut Sulu yang terletak antara Malaysia timur dan Filipina beberapa waktu terakhir menjadi wilayah berbahaya bagi kapal perdagangan, seiring dengan meningkatnya ancaman penculikan. Biro Maritim Internasional (IMB) mengatakan, Kepulauan Sulu saat ini berada di bawah kendali kelompok Abu Sayyaf, yang kerap melakukan penculikan dan pembajakan.
Laporan IMB yang dirilis hanya beberapa jam setelah sekelompok orang bersenjata menyerang sebuah kapal nelayan, menewaskan delapan orang, dalam sebuah serangan terbaru yang terjadi di Filipina selatan.
Berdasarkan data, IMB mengatakan, penculikan yang terjadi di perairan global naik tiga kali lipat pada 2016, bahkan setelah kasus pembajakan global sebelumnya telah mencapai titik terendahnya dalam hampir 20 tahun. Sejauh ini para pembajak telah menculik 62 orang untuk tebusan dalam 15 insiden terpisah pada 2016.
"Penculikan kru dari kapal perdagangan di Laut Sulu yang kemudian dipindah ke Filipina selatan merupakan eskalasi nyata yang mengancam," kata IMB yang berbasis di Kuala Lumpur, seperti dilansir Reuters, Selasa, 10 Januari 2017.
IMB memberi saran kepada penyewa dan pemilik kapal untuk menghindari Laut Sulu dengan merutekan kapal ke wilayah barat Kalimantan. Kapal tunda, tongkang dan kapal nelayan telah ditargetkan sebelumnya.
Namun, akhir-akhir ini kapal dagang juga menjadi sasaran serangan. Ini termasuk kapal besar pembawa 180.000 ton bijih besi yang diserang tahun lalu.
Beberapa pelaut dan wisatawan yang ditangkap oleh Abu Sayyaf tahun lalu dalam serangan terhadap kapal tunda dan kapal pesiar ini tentu meningkatkan kekhawatiran di kalangan pejabat pertahanan dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
November lalu, Filipina setuju untuk mengizinkan Malaysia dan Indonesia untuk melakukan pengejaran ke perairan teritorialnya, sebagai langkah untuk mengatasi penculikan dan pembajakan oleh Abu Sayyaf.