Filipina Sambut Tahun Baru Tanpa Kembang Api, Takut Duterte
- REUTERS/Marcelo Regua
VIVA.co.id – Pendekatan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, yang sering kali represif ternyata cukup efektif. Baru kali ini warga Filipina merayakan malam pergantian tahun tanpa keriuhan petasan di kotanya.
Seperti dilansir The Bangkok Post, 1 Januari 2107, mereka khawatir terhadap ancaman Presiden Duterte, yang akan menjatuhkan hukuman berat kepada siapa pun yang merayakan Tahun Baru dengan petasan.
Meski demikian Menteri Kesehatan Filipina menyebut, ketegasan Sang Presiden membuat angka kecelakaan yang disebabkan oleh petasan dan kembang api, menurun drastis.
Filipina terbiasa menggelar pesta perayaan Tahun Baru dengan suka cita. Tak ketinggalan, beribu kembang api dan petasan juga diikut sertakan. Hal itu mengakibatkan ratusan orang mengalami kecelakaan saat menyalakan benda tersebut dan setiap tahunnya, rumah sakit di Filipina selalu melayani korban-korban dari kasus itu.
Tapi Menteri Kesehatan, Paulyn Ubial, mengatakan cedera selama pesta pora tahun ini adalah yang terendah dalam 10 tahun setelah Duterte mempertimbangkan larangannya tentang penggunaan petasan yang ia terapkan ketika dirinya masih menjabat sebagai walikota Davao.
"Sekarang masyarakat takut menyalakan petasan karena presiden. Mereka punya anggapan jika mereka melakukannya dan tertangkap basah, Duterte akan menjatuhi mereka dengan hukuman kejam," ujar Ubial.
Ubial melanjutkan ada sekitar 350 orang terluka, dalam skala 1000, karena petasan dan kembang api tahun ini, dibandingkan dengan rata-rata 10 tahun terakhir.
Bulan lalu, Duterte mengeluarkan perintah yang melarang warganya menggunakan petasan dan membatasi pertunjukan kembang api kepada masyarakat.
"Setidaknya yang bisa saya katakan atau lakukan hanyalah mengeluarkan peringatan itu (petasan dan kembang api) sangat, sangat berbahaya," kata Duterte dalam pidatonya. Duterte prihatin terhadap anak-anak yang kerap menjadi korban.
Ubial menambahkan tren ini masih tetap berlanjut tahun ini di Cabanatuan, di tengah pulau Luzon. Korbannya adalah seorang bocah berusia tiga tahun yang mengalami cedera di tangannya.
Kasus terburuk melukai seorang gadis berusia 15 tahun. Ia mengalami koma setelah peluru nyasar menghantam kepalanya saat dia sedang asyik menonton kembang api di Malabon.
"Ini merupakan salah satu insiden paling menyedihkan bagi kami, bahkan jika jumlah korban cedera untuk saat ini di bawah 350, masih banyak penderitaan," katanya.
(ren)