Malaysia Tak Ingin Kasus Rohingya Berpengaruh ke Negaranya
- REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
VIVA.co.id – Pertemuan yang dilakukan antara menteri luar negeri negara-negara anggota ASEAN pada Senin, 19 Desember 2016, di Yangoon, Myanmar, membuat Aung San Suu Kyi akhirnya mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Rakhine.
Pertemuan itu dilakukan atas undangan pribadi dari negarawan Myanmar, Aung San Suu Kyi. Ini merupakan kali pertama pertemuan para menteri ASEAN terkait dugaan kekerasan yang terjadi atas etnis minoritas Rohingya di negara bagian tersebut.
Kekerasan di sana membuat banyak warga Rohingya menyelamatkan diri ke sejumlah negara tetangga, termasuk ke Indonesia dan Malaysia.
"Setelah pertemuan dengan menteri luar negeri ASEAN di Myanmar, menurut saya, ini langkah awal yang baik di mana pada akhirnya, Myanmar bersedia membuka isu ini menjadi isu regional," tutur Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim, Kamis, 22 Desember 2016 di Jakarta.
Saat mengadakan pertemuan dengan para wartawan di kantor Kedutaan Besar Malaysia, Jalan Haji Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, dia membenarkan jika pertemuan itu telah menghasilkan keputusan yang membuat ASEAN lega. Sebab, Myanmar sudah mulai membuka diri dan siap menerima bantuan kemanusiaan dari luar.
Kini, negara-negara ASEAN tinggal memikirkan cara untuk membantu Muslim Rohingya yang bertahan hidup di Rakhine.
"Ya, memang benar ada terobosan baru dalam pertemuan itu. Kami bahagia, sekarang Myanmar mau menerima dan membantu Muslim Rohingya. Myanmar juga sudah bisa lebih terbuka. Ini satu permulaan baik," kata Dubes Zahrain.
Di satu sisi, Malaysia juga menawarkan Myanmar bantuan kemanusiaan dan makanan. Bantuan tersebut, dikatakan Dubes Zahrain, sedang dijalankan dengan kerja sama antara pemerintah Malaysia dan NGO di Myanmar.
"Kami menerima mereka (pengungsi) sebagai pencari suaka, orang cari makan di sana (Malaysia), namun kami tetap tidak ingin kasus di Myanmar memengaruhi Malaysia," ujarnya.