Soal Laut China Selatan, Amerika Siap Hadapi China
- Reuters
VIVA.co.id – Amerika Serikat bersiap untuk mengkonfrontasi China, meski hal itu membuat AS harus melampaui batas laut maritim di Laut China Selatan.
Seperti diberitakan oleh Reuters, 14 Desember 2016, komentar yang dilontarkan pimpinan armada Pasifik AS, Rabu 14 Desember 2016, dikhawatirkan mampu memantik ketegangan antara dua negara tersebut.
Soal konflik Laut China Selatan, China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan mengandung sumber daya melimpah, di mana sekitar 5 triliun dolar bisa didapatkan dari hasil perdagangan kapal angkut yang melewatinya setiap tahun. Begitu pun para tetangganya, yang juga ikut mengklaim, di antaranya Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
AS meminta China untuk menghormati keputusan pengadilan arbitrase di Den Haag awal tahun ini yang membatalkan klaim teritorial di perairan strategis itu. Tetapi, Beijing terus bertindak agresif, sehingga AS bersiap untuk menanggapinya. Kesiapan AS itu diungkap oleh Laksamana Harry Harris, pimpinan Komando Pasifik AS, dalam sebuah pidato di Sydney.
"Kami tidak akan mengizinkan domain bersama ditutup secara sepihak, tidak peduli berapa banyak basis yang dibangun pada fitur buatan di Laut China Selatan. Kami akan bekerja sama, ketika kami sanggup. Namun, kami akan juga siap melawan, ketika kami harus melawan," ujarnya.
Komentar itu tak pelak menimbulkan ketegangan antara Amerika Serikat dan China. Apalagi, sebelumnya Presiden AS terpilih, Donald Trump, melakukan kontak melalui telepon dengan Presiden Taiwan pada 2 Desember, dan membuat Beijing melakukan protes diplomatik.
Amerika Serikat memperkirakan, Beijing menambahkan lebih dari 3.200 are (1.300 hektare) lahan di tujuh fitur Laut China Selatan selama tiga tahun terakhir, membangun landasan pacu, pelabuhan, hanggar pesawat dan peralatan komunikasi.
Sebagai tanggapan, AS melakukan serangkaian operasi kebebasan navigasi di Laut China Selatan pada Oktober. Patroli itu memantik kemarahan Beijing. Seorang pejabat senior China pada Juli, memperingatkan operasi tersebut mungkin akan berakhir dengan bencana.
Harris mengatakan, keputusan itu ditujukan untuk pemerintah Australia, meskipun sekutu AS ini harus melakukan operasi kebebasan navigasinya sendiri. Amerika Serikat, kata dia, akan tetap melanjutkan kegiatan itu.
"AS berperang di pertempuran pertamanya, setelah kemerdekaan untuk memastikan kebebasan navigasi. Ini merupakan prinsip abadi dan salah satu alasan pasukan kami siap untuk melawan (China) malam ini," ujarnya. (asp)