Di Bangladesh, Anak Bawah Umur Jadi Kuli Garmen Merek Global
- REUTERS
VIVA.co.id – Sebuah studi baru yang dilakukan Overseas Development Institute yang berbasis di London, Inggris mengungkapkan, ribuan anak-anak yang tinggal di wilayah kumuh di ibu kota Dhaka, Bangladesh, bekerja rata-rata selama 64 jam seminggu.
"Mayoritas yang bekerja adalah anak-anak di bawah umur. Mereka dipekerjakan di pabrik garmen yang membuat pakaian untuk merek global papan atas," demikian bunyi laporan resmi ODI, seperti dilansir Foxnews, Rabu, 7 Desember 2016.
ODI juga mengungkapkan, penelitian ini didasarkan pada survei terhadap 2.700 rumah tangga kumuh di Dhaka. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa 15 persen dari anak-anak berusia 6-14 tahun tidak bersekolah, sehingga mereka harus bisa bekerja hingga penuh waktu.
Di Bangladesh mempekerjakan anak-anak di bawah usia 14 tahun merupakan sesuatu yang ilegal. Kendati demikian, pihak berwenang setempat belum menanggapi perihal penelitian ini.
Industri garmen Bangladesh merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah China. Industri ini memberikan garis hidup ekonomi bagi negara miskin, dengan nilai ekspor yang mencapai US$25 miliar (Rp335 triliun) setiap tahunnya.
Keberadaan pekerja anak di bawah umur di berbagai negara sangat memprihatinkan. Anak berusia di bawah 18 tahun sepatutnya mendapatkan pendidikan yang layak.
Namun, di beberapa negara, termasuk di Indonesia, anak di bawah umur terpaksa bekerja di bidang garmen, manufaktur, pertanian, dan jenis pekerjaan berat lainnya. Hal ini mendapatkan perhatian Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization / ILO).