Loyalitas, Standar Wajib untuk Kerja di Korea Selatan
- KBRI Seoul/M.Aji Surya
VIVA.co.id – Bekerja di luar negeri menjadi tantangan tersendiri bagi warga negara Indonesia, terutama karena perbedaan bahasa dan budaya. Hal ini juga dialami pelajar dan mahasiswa Indonesia yang berada di Korea Selatan.
Untuk membahas hal tersebut, Persatuan Pelajar Indonesia di Korea (PERPIKA) untuk pertama kalinya menggelar seminar budaya kerja Korea yang bertajuk Korean Corporate Culture akhir pekan lalu di Wise Tower, Seoul.
Dua pembicara alumni PERPIKA yakni Hardian Reza dan Mikael Simalango pun menceritakan pengalaman mereka. Reza yang merupakan lulusan S3 dari Konkuk University, saat ini menjabat sebagai manajer regional Afrika di LG Electronics.
Pada seminar ini, Reza menjelaskan kultur kerja di LG mulai dari proses perekrutan karyawan, etos kerja perusahaan, hingga tips untuk survive bekerja di perusahaan Korea.
"Loyalitas merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Selain itu kinerja selalu menjadi ukuran. Sementara bahasa Korea sama sekali tidak bisa dinafikan," ujar Reza, melalui keterangan tertulis Pensosbud KBRI Seoul, Selasa 6 Desember 2016.
Penjelasan Mikael tidak kalah menarik. Mikael berbagi cerita tentang kultur perusahaan asing di Korea dan perusahaan start up yang sedang dikembangkannya. Mikael merupakan lulusan S2 Ajou University. Saat ini, Mikael tengah membangun start up bidang IT di Korea. Sebelumnya, Makael bekerja di General Electronics Korea.
Acara yang juga terselenggara atas kerja sama KBRI Seoul, BNI Seoul, dan UT Korea ini berlangsung meriah. Peserta bahkan banyak yang berasal dari berbagai wilayah luar Seoul, seperti Busan, Daegu, dan Gwangju.
Saat ini tercatat lebih dari 40 ribu WNI di Korea yang sebagian besarnya berprofesi sebagai pekerja dan pelajar. Pekerja, pelajar, dan KBRI Seoul senantiasa bersinergi mengadakan acara-acara untuk meningkatkan kapasitas diri WNI di Korea.
Pada seminar ini turut hadir Presiden PERPIKA Muhamad Erza, Ketua Fungsi Konsuler KBRI M. Aji Surya, serta Ketua Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya Fuad Ardiansyah.