Dubes Rusia: Kami Hanya Serang ISIS, Tak Seperti AS
- VIVAnews/Santi Dewi
VIVA.co.id – Rusia dan Amerika Serikat akan bekerja sama guna memerangi aksi terorisme yang dapat mengancam kehidupan global. Sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden AS terpilih, Donald Trump, telah menjalin komunikasi via telepon untuk membicarakan hubungan bilateral.
Hal ini merupakan indikator peringatan bahwa akan ada peningkatan kerja sama dari kedua negara tersebut. Menanggapi permintaan resmi pemerintah Suriah, Rusia mengirimkan angkatan udaranya untuk memerangi kelompok ekstremis ISIS dan menghancurkan infrastruktur yang dibangun oleh mereka.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, mengungkapkan, tujuan utama pemerintah Rusia mengirim tentara justru ingin memberikan bantuan kepada pemerintah sah dan berdaulat Suriah beserta warganya.
Ia berharap, baik dari pihak Presiden Bashar Al-Assad maupun oposisi, bisa membangun jalur dialog inklusif supaya sistem politik dan kepemimpinan di Suriah lebih konkret.
"Presiden Putin dengan beberapa pemimpin negara sudah menyalurkan bantuan ke Aleppo. Putin memberikan mobile hospital kepada warga Aleppo dengan menggunakan kapal supaya pelayanan medis tingkat tinggi terpenuhi," ujar Galuzin, di Jakarta, Rabu, 30 November 2016.
Selain itu, menurut Galuzin, pihaknya juga membuka enam atau tujuh koridor mobile hospital di timur Aleppo, lokasi di mana banyak rumah sakit dihancurkan oleh kelompok teroris.
Namun, saat Rusia mengintensifkan upaya nyata untuk menangani ISIS dan antek-anteknya yang berbahaya di Suriah, terdengar tuduhan menyesatkan yang dialamatkan kepada Rusia dari pihak Barat.
Galuzin menyayangkan pihak Barat yang berupaya memelencengkan pemahaman politik luar negeri Rusia. Menurutnya, Angkatan Udara Rusia yang diterbangkan ke Suriah memang punya misi tersendiri, yaitu kemanusiaan.
"Angkatan Udara Rusia hanya menyerang ISIS, tidak seperti AS. Kami punya izin resmi dari pemerintah Suriah dan PBB untuk membawa misi kemanusiaan dalam mendukung pemerintahan Al-Assad dan kami punya dasar hukum yang kuat," kata Galuzin.