Pemuda, Harapan Baru Tekan Fobia pada Islam
- REUTERS / Jim Bourg
VIVA.co.id – Fobia pada Islam yang belakangan menjadi isu sensitif di negara Barat bisa jadi diawali karena kurangnya pemahaman tentang Islam. Maraknya penyebaran kekerasan mengatasnamakan agama oleh kelompok ekstremis di berbagai negara juga berpengaruh kuat.
Situasi ini menuntut berbagai pihak seperti praktisi, akademisi dan pemuda untuk membendung permasalahan tersebut.
Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Jose Tavares mengungkapkan bahwa kekerasan ini biasanya dipicu dari kelompok kecil, yang disebabkan oleh faktor tertentu, dengan tujuan untuk menciptakan ketidakstabilan keamanan di kawasan. Misalnya saja ISIS di Irak dan Suriah yang mengatasnamakan Islam.
"Biasanya ada faktor penyebab tertentu yang membuat kelompok ini berkomitmen untuk melakukan aksi dan menimbulkan ketidakstabilan keamanan dan perdamaian. Mereka juga bisa memicu keamanan di negara lain dan melibatkan orang dalam jumlah lebih banyak," kata Jose dalam Simposium tentang Ekstremisme di Kampus UI Depok, Rabu 30 November 2016.
Selain itu, salah satu cara yang digunakan kelompok ekstrem dan radikal untuk menyebarkan ideologinya adalah melalui media sosial. Kebanyakan dari mereka memanfaatkan kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi, dengan merekrut anggota baru untuk didoktrin dan dilibatkan dalam ajaran kekerasan.
Menurut Jose, Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia memiliki peran yang sangat unik untuk menekan dan mengurangi pandangan dunia soal Islamofobia ini. Misalnya melalui peran generasi muda yang juga memanfaatkan perkembangan teknologi, untuk mengemukakan pandangan-pandangan baru terhadap masyarakat.
"Indonesia punya posisi yang unik untuk menekan fobia ini. Peran generasi muda Indonesia ini berguna untuk mempromosikan dukungan terhadap toleransi dan menggunakan soft power untuk memberikan pandangan baru kepada masyarakat dunia," tegas Jose.