Politisi Konservatif Maju Jadi Kandidat Presiden Prancis

Mantan Perdana Menteri Prancis, Francois Fillon.
Sumber :
  • guardian.co.uk

VIVA.co.id – Mantan Perdana Menteri Prancis, Francois Fillon, resmi terpilih menjadi kandidat Presiden Prancis 2017, setelah rivalnya, Alain Juppe, mengaku kalah. Setelah penghitungan suara, tokoh konservatif tersebut memenangkan pencalonan dengan hasil 67 persen suara.

5 Orang Luka-luka dalam Baku Tembak Geng Narkoba di Poitiers, Prancis

Usai terpilih, seperti dikutip situs BBC, Senin, 28 November 2016, Fillon berjanji akan membangun masyarakat yang lebih adil serta membuat Prancis menjadi negara yang 'benar dan berani bertindak'.

Fillon, yang berasal dari Partai Republik, kemungkinan besar akan menghadapi kandidat Presiden dari Partai Sosialis, Marine Le Pen, dalam pemilu yang digelar April tahun depan.

Presiden Prancis: Gugurnya Yahya Sinwar Harusnya Dapat Jadi Alasan Israel untuk Akhiri Perang

Sementara Presiden Prancis, Francois Hollande, belum diketahui apakah akan kembali mencalonkan diri atau tidak. Keputusannya ini akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.

Fillon merupakan seorang politikus yang memiliki karier cukup panjang. Pada 1981, saat berusia 27 tahun, ia pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen sekaligus menjadi anggota termuda dalam Majelis Nasional Prancis.

Telepon Netanyahu, Presiden Prancis Kutuk "Serangan Membabi Buta Israel"

Ia memiliki pemikiran yang sama dengan partainya, sentralisasi yang kuat dengan kebijakan konservatif dan nasionalis. Politikus berusia 62 tahun ini mempelajari jurnalistik dan ilmu hukum.

Kali pertama menjabat sebagai menteri pada 1993, di mana Fillon mengisi pos Menteri Pendidikan Tinggi. Kala itu, posisi Perdana Menteri diisi oleh Edouard Balladur.

Ia tetap menjabat sebagai menteri dengan pos yang berbeda selama 14 tahun sebelum akhirnya terpilih sebagai Perdana Menteri Prancis periode 2007-2012 di bawah Presiden Nicolas Sarkozy.

Fillon seorang Katolik Tradisionalis yang berfokus pada isu-isu besar seperti aborsi dan pernikahan sejenis. Ia juga mengusulkan reformasi ekonomi yang dramatis, mencakup pemotongan 500 ribu pekerjaan umum dan menaikkan usia pensiun.

Adapun, Emmanuel Macron, mantan Menteri Ekonomi Prancis yang baru berusia 38 tahun, juga mengumumkan rencana pencalonan dirinya sebagai presiden dari jalur independen.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya