Dilarang Ambil Gambar, Para Fotografer Lakukan Aksi Mogok
- Joint Press Corps
VIVA.co.id – Pertemuan tertutup Jepang dan Korea Selatan mengundang tanda tanya serta protes dari awak media massa. Sebab, keduanya melakukan penandatangan perjanjian kontroversial soal pertukaran informasi intelijen di Korea Utara.
Mengutip situs Koreatimes, Jumat, 25 November 2016, akibat 'pertemuan rahasia' ini, para fotografer media dari kedua negara tersebut meletakkan kamera di lantai sembari berbaris saat menyambut kedatangan Duta Besar Jepang untuk Korea Selatan, Yasumasa Nagamine, saat akan bertemu Menteri Pertahanan, Han Min-koo, di Seoul, Korea Selatan.
Hal ini sebagai wujud protes atas sikap pemerintah kedua negara yang melarang awak media massa mengambil gambar penandatanganan perjanjian kontroversial tersebut. Diketahui, keduanya menyetujui Pakta Keamanan Umum Perjanjian Informasi Militer dan akan berlaku secepatnya.
Pada Juni 2012, kedua negara hampir menandatangani kesepakatan pertukaran informasi intelijen. Namun, pada menit terakhir, Seoul mundur akibat kemarahan publik.
Min-koo mengklaim kalau kesepakatan ini diperlukan dalam menghadapi meningkatnya ancaman militer Pyongyang yang telah melakukan dua uji coba nuklir dan lebih dari 20 rudal balistik sepanjang tahun ini.
"Kami melihat Korut siap melakukan uji coba nuklir dan rudal setiap saat. Kedua negara memiliki kemampuan intelijen untuk menangani ancaman nuklir dan rudal. Oleh karena itu, pakta ini akan meningkatkan keamanan di kawasan," ujar Min-koo.
Sementara itu, Nagamine, yang mewakili Kementerian Luar Negeri Jepang, mengatakan bahwa perjanjian ini memungkinkan kedua negara untuk berbagi informasi cepat dan tepat.
Korea Selatan dan Jepang sebelumnya memakai pihak ketiga, Amerika Serikat, sebagai perantara saat berbagi informasi intelijen militer di Pyongyang di bawah kesepakatan pada 2014.
Perjanjian ini sangat kontroversial di Korea Selatan, lantaran masih ada sentimen anti-Jepang terkait pemerintah kolonial Jepang di era 1910-1945, dan tidak adanya sikap minta maaf Jepang untuk menebus pelanggaran.