Tragedi Rohingya dan Merebaknya Foto Palsu
- REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
VIVA.co.id – Konflik yang terjadi antara kelompok minoritas Muslim dengan militer Myanmar kembali tercium publik. Pemerintah Myanmar menutup akses bagi jurnalis untuk memasuki wilayah konflik.
Di Indonesia, jagat maya kembali digemparkan dengan beredarnya foto-foto yang menampilkan gambar-gambar yang membuat hati terenyuh. Namun BBC memberikan klarifikasi, mana di antara gambar-gambar tersebut yang bukan berasal dari konflik etnis Rohingya di Myanmar.
Diberitakan oleh BBC, 24 November 2016, sebuah riset sederhana yang dilakukan menggunakan mesin pencari Google menunjukkan banyak foto beredar yang ternyata tak ada hubungannya sama sekali dengan konflik di Rakhine.
Salah satu foto menunjukan biksu Buddha berdiri di atas potongan tubuh manusia dan langsung viral di media sosial seperti Facebook dan Twitter. Namun sebenarnya, foto tersebut diambil paska gempa besar di Cina pada April 2010 lalu.
Foto lain yang beredar adalah foto deretan mayat yang hangus karena terbakar di sebuah lapangan terbuka. Peristiwa dalam foto-foto yang tersebar itu adalah ketika bus berisi bahan bakar terguling dan meledak di Republik Kongo dan menewaskan lebih dari 200 orang. Kasus itu terjadi pada tahun 2010.
Sayangnya, akun yang mengatasnamakan seorang ustaz membagikan gambar tersebut, dengan kalimat pengantar, "ribuan umat Muslim Rohingya Myanmar dibakar hidup-hidup oleh tentara kafir." Postingan tersebut, meski belum jelas apakah akun tersebut benar dimiliki oleh yang bersangkutan, langsung dibagikan sebanyak 30.000 kali dan menimbulkan reaksi negatif.
Foto lainnya yang menggambarkan seseorang sedang melemparkan tubuh anak kecil ke sebuah lubang. Dalam postingan yang telah dibagikan 6.000 kali ini tertulis: "Jangan tanya kebenaran tentang gambar ini.. datang saja ke Myanmar... ke desa dusun warga Rohingya... Saya enggak bisa berkata-kata melihat foto ini."
Faktanya, gambar tersebut sebenarnya menceritakan gempa hebat yang terjadi di Cina pada 2010 lalu, dipotret oleh Ni Xuying, dan dimuat dalam situs EPA. Foto itu memang menggambarkan biksu Tibet yang melemparkan jenazah anak kecil ke dalam kuburan massal di kota Jiegu. Namun anak itu adalah korban gempa, bukan korban pembantaian di Rakhine.
BBC memberitakan, militer Myanmar yang sedang menggelar operasi di negara bagian Rakhine itu membantah telah menghancurkan rumah-rumah warga. Namun tak ada cara untuk memverifikasi peristiwa sebenarnya, karena wartawan tidak diizinkan meliput dan masuk ke negara bagian itu.
Operasi militer besar-besaran itu dilancarkan bulan lalu setelah sembilan aparat polisi tewas dalam serangan-serangan yang terjadi di pos-pos perbatasan di Maungdaw. Beberapa pejabat pemerintah justru berpendapat bahwa kelompok militan Rohingya lah yang melakukan serangan tersebut.
Human Rights Watch (HRW) melaporkan, selama enam pekan terakhir, lebih dari 1.200 rumah diratakan dengan tanah di beberapa kampung yang menjadi tempat tinggal etnis Rohingya di Myanmar.
Dalam wawancara dengan BBC, beberapa pengungsi yang kini berada di Bangladesh mengatakan bahwa rumah dan masjid mereka dibakar dan juga para tentara membunuh sebagian dari mereka. (ase)