Diancam akan Dibakar, Muslimah di AS Lepas Hijab
- REUTERS/Stephanie Keith/File Photo
VIVA.co.id – Islamofobia atau ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan pada Islam dan kaum Muslim, masih terus terjadi di Amerika Serikat. Baru-baru ini, seorang wanita diancam lantaran menggunakan hijab.
Dilansir Express, Senin 14 November 2016, seorang saksi mengatakan melihat seorang pria kulit putih berusia antara 20-30 tahun bertubuh kekar dalam keadaan mabuk, memaksa seorang wanita untuk melepaskan jilbab dan menyerangnya. Jika tidak melepas hijab, pria tersebut mengancam akan membakarnya hidup-hidup.
Korban yang terkejut dan ketakutan terpaksa melepaskan hijabnya dan memberikan kepada penyerang tersebut. Saking takutnya, wanita tersebut sampai melarikan diri dari tempat kejadian di Kampus Ann Arbor, University of Michigan, AS.
Menurut anggota staf dari Divisi Publik dan Keamanan universitas tersebut, insiden ini tercatat sebagai sebuah hate crime atau kejahatan kebencian. Selain itu, pejabat keamanan publik di Michigan juga menyebut tindakan tersebut membuat keamanan menjadi terusik.
"Petugas sedang melakukan patroli tambahan dan menyelidiki secara aktif. Kami meminta informasi kepada siapa saja yang mungkin menyaksikan insiden itu untuk melapor," kata Sersan Patrick Maguire.
Insiden ini termasuk dalam beberapa lonjakan laporan ancaman dan gangguan di Amerika, sejak terpilihnya Donald Trump sebagai presiden ke-45. Meskipun berjanji untuk menjadi "Presiden bagi semua orang Amerika", namun retorika kampanye Trump yang melawan Meksiko, Muslim, imigran dan komunitas LGBT telah memicu protes dan kerusuhan di seluruh negeri.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri RI terus memantau kondisi warga negara Indonesia yang ada di Amerika Serikat. Menlu Retno mengatakan terus memantau baik pada level Duta Besar maupun Konsulat Jenderal di Amerika. Retno meminta agar WNI di Amerika bisa tetap tenang dan tidak berspekulasi dengan adanya berita-berita yang belum terkonfirmasi kebenarannya. Berdasarkan penelusuran yag dilakukan Kemlu, ada sejumlah berita terkait imbas demonstrasi di AS yang ternyata simpang siur.