Kalah di Pemilihan Presiden AS, Hillary Salahkan FBI

Capres AS Hillary Clinton saat berkampanye di Detroit, Michigan, Amerika Serikat
Sumber :
  • REUTERS/Lucas Jackson

VIVA.co.id – Setelah kalah dalam pemilihan presiden Amerika Serikat, mantan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton akhirnya merespons. Dia menuding Direktur Federal Amerika Serikat (FBI), James Comey sebagai penyebabnya.

AS Waspadai Serangan Teroris dari Orang-orang Kecewa Hasil Pilpres

Dilansir dari Channel News Asia, Minggu 13 November 2016, pada Sabtu kemarin, Hillary mengatakan kepada para pendukungnya, bahwa timnya telah menyusun memo berisi jajak pendapat mengenai voting suara yang berubah setelah Comey mengirimkan surat penyelidikan email pribadinya.

“Surat dari Comey terbukti menjadi titik balik,” ujar Hillary.

Catatan SBY soal Drama Politik AS yang Bisa Dipetik Pecinta Demokrasi

Diketahui, sebelumnya Comey mengirimkan surat pemeriksaan email pribadi Hillary ke kongres beberapa hari sebelum pemilihan. Diduga Hillary menggunakan email pribadinya untuk kepentingan negara, waktu itu dia menjabat sebagai sekretaris negara periode 2009-2012.

Lalu, seminggu kemudian, Comey mengumumkan, bahwa tidak ada yang salah dengan isi dari email pribadi Hillary, dan mantan calon presiden tersebut tidak laik untuk dituntut.

Partisipasi Masyarakat di Pilkada 2020 Lebih Tinggi dari Pilpres AS

Hillary pun menyatakan, bahwa kedua surat dari Comey sama saja, surat tuntutan dan klarifikasi digunakan untuk menyerang dia, agar kalah di pemilihan. Surat kedua dikirim sehari sebelum pemilihan, sementara pendukung Hillary telah mobilisasi ke Trump.

Memo yang dibuat oleh tim Hillary berisi progres penurunan dukungan suara terhadap Hillary di minggu terakhir sebelum pemilihan. Sebelum dua surat tersebut dilayangkan, diketahui Hillary selalu unggul dari Trump.

"Pada akhirnya, di akhir perlombaan terjadi pelanggaran, salah satu rintangan yang sulit kita atasi.”

(mus)

Kepala Eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg.

Pilpres Bikin Facebook Alergi Politik

Kepala Eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg, sedang memikirkan cara baru membuat konten politik kurang terlihat di platformnya.

img_title
VIVA.co.id
29 Januari 2021