Tragis, Perempuan Diperkosa di Kantor Polisi

Ilustrasi kasus perkosaan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Nasib tragis menimpa seorang perempuan muda di Afghanistan. Alkisah, pada Senin lalu, Mariam (18), nama perempuan itu, menyambangi kantor polisi dekat rumahnya di Distrik Zareh, Provinsi Balkh, Afghanistan Utara.

Anak 5 Tahun di Jaktim Tewas Setelah Diduga Diperkosa Ayah Kandung, Polisi Periksa Sejumlah Saksi

Ia datang bersama ayahnya, Khairuddin, untuk melaporkan kasus pemerkosaan yang dialaminya. Namun naas, bukannya membuat laporan justru Mariam kembali diperkosa oleh seorang polisi berpangkat komisaris di ruangannya.

"Ketika saya pergi dengan ayah untuk melaporkan kasus pemerkosaan, dia (komisaris polisi) memerintahkan ayah saya untuk menunggu di luar. Dia lalu membawa saya ke ruangannya, dan saya langsung diperkosa," kata Mariam, seperti dilansir Reuters, Selasa, 8 November 2016.

Penyidik Polda NTB Sebut Agus Buntung Bisa Lecehkan Korban Secara Fisik

Setelah puas memperkosa dirinya, polisi yang diketahui bernama Akram Zareh (60) ini memintanya untuk tutup mulut dan diancam akan dibunuh jika berbicara.

Sebagai informasi, Afghanistan salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi kaum perempuan. Penelitian menunjukkan bahwa 8 dari 10 perempuan di Afghanistan mengalami pelecehan seksual, baik fisik maupun psikologis.

Agus Buntung Bingung Jadi Tersangka Perkosaan: Saya Tak Bisa Buka Baju-Celana Sendiri

Akan tetapi, hanya beberapa ribu kasus saja yang dilaporkan setiap tahunnya. Atas alasan sosial dan budaya, sangat sulit bagi perempuan Afghanistan untuk melaporkan kasus kepada seorang petugas laki-laki.

Menurut penelitian, ketika mereka melapor dan mengajukan keluhan, jarang ditangani dengan baik oleh aparat keamanan setempat. Salah satunya yang dialami oleh Mariam. Menangapi tudingan tersebut, Zareh, langsung membantahnya.

"Saya seorang polisi yang jujur. Usia saya sudah 60 tahun. Dia (Mariam) sudah seperti anak saya sendiri. Ini persekongkolan terhadap saya," klaim dia.

Sementara itu, untuk mencari keadilan, Khairuddin membawa putrinya ke Kabul, ibu kota Afghanistan, untuk meminta keadilan.

"Putri saya mengatakan dia akan membakar diri hidup-hidup, karena dia tidak bisa keluar dari rumah dan tidak bisa berinteraksi dengan siapa pun karena malu," ujar Khairuddin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya