Duterte Batal Beli Puluhan Ribu Senjata dari AS

Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte.
Sumber :
  • REUTERS/Lean Daval Jr

VIVA.co.id – Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte membatalkan pembelian 26 ribu pucuk senapan serbu untuk kepolisian dari Amerika Serikat. Hal ini menyusul pernyataan AS yang mengatakan akan menghentikan penjualan senjata, karena kekhawatiran atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Perintah Jaksa Agung, Ambil Langkah Cepat Kasus Pelanggaran HAM Berat

"Kami tidak akan lagi membeli senjata mahal dari Amerika. Kami bisa mendapatkannya dari negara lain. Saya memerintahkan Kepolisian Filipina untuk membatalkannya. Kami tidak butuh mereka (AS)," kata Duterte seperti dilansir Reuters, Selasa, 8 November 2016.

Ia juga menegaskan bakal mencari sumber lain untuk membeli senjata yang lebih murah, tahan lama dan berkualitas baik, dari buatan AS.

Di DPR, Komnas HAM Lapor Update Kematian 6 Laskar FPI

Pada Oktober lalu, Senator AS, Ben Cardin mengatakan bahwa negaranya telah menghentikan penjualan 26 ribu pucuk senapan serbu karena kekhawatirannya tentang pelanggaran HAM.

Di Washington, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Mark Toner, mengatakan kalau pihaknya belum menerima pemberitahuan apa pun terkait pembatalan pembelian senjata.

15 Menit Jokowi Ketemu Amien Rais Bahas Laskar FPI

Hubungan Filipina-AS, yang pada dasarnya telah lama bersekutu, kini sedang meruncing akibat kritikan Paman Sam terkait proses pemberantasan narkoba yang dilakukan Duterte.

Seperti diketahui, sekitar 4.000 orang telah tewas dalam operasi penumpasan jaringan narkoba bersama masyarakat setempat.

Aksi kemanusian untuk muslim Uighur. (Foto ilustrasi).

Dokumen Soal Uighur Bocor, HMI Singgung Pelanggaran HAM

Dokumen tersebut dinilai semakin menunjukkan bukti-bukti adanya pelanggaran HAM berat terhadap muslim Uighur di Xinjiang China.

img_title
VIVA.co.id
6 Desember 2021