Pengamat: Malaysia Manfaatkan Pengungsi Jadi Buruh Murah
- REUTERS
VIVA.co.id – Ketua Tim Peneliti Habibie Center, Mohammad Hasan Anshori, mengatakan, Malaysia adalah negara yang menjalankan kebijakan terbuka (open policy) dan kebijakan tertutup (silent policy) terkait penanganan pengungsi.
Artinya, menurut Hasan, negeri jiran itu tidak menahan masuknya pengungsi, namun juga tidak memberikan hak prioritas atau perhatian khusus terhadap permasalahan ini.
Ia justru menilai, salah satu penyebab Malaysia memberlakukan kebijakan terbuka adalah karena mereka melihat "sisi lain" dari pengungsi tersebut.
"Sisi lain yang dimaksud adalah buruh murah. Kita ketahui, kalau Malaysia butuh tenaga kerja yang banyak untuk pembangunan, maka, mereka butuh tenaga kerja yang murah dan tidak perlu diberikan kewajiban proteksi. Jadi, pengungsi lah pilihan yang tepat," ujar Hasan, di Jakarta, Senin, 7 November 2016.
Meski demikian, ia menilai Malaysia juga memiliki kebijakan positif untuk menangani masalah pengungsi.
Salah satunya, perencanaan pemberian izin kerja (work permit) pada 2004 yang akan diberikan secara khusus kepada pengungsi Rohingnya. Kendati demikian, rencana tersebut belum terlaksana hingga saat ini.
Meski menjadi salah satu negara penerima, Malaysia tidak memiliki aturan jelas soal penanganan pengungsi.
Menurut Hasan, yang secara langsung melakukan survei di lapangan, perlakuan berbeda yang diterima kedua pengungsi ini sangat mencolok.