Ramai-ramai Kutuk Serangan Rudal di Kota Suci Mekah
- REUTERS/Ahmed Jadallah
VIVA.co.id – Rudal balistik yang diluncurkan oleh milisi Houthi dengan menargetkan kota suci Mekah, Kamis lalu, membangkitkan kecaman di seluruh dunia. Atas tindakan itu, seluruh duta besar asing, para pemimpin penting, dan organisasi terkemuka berkumpul di Riyadh, Jumat 28 Oktober 2016. Mereka dengan tegas menganggap aksi tersebut sebagai tindakan keji.
Dilansir Arabnews, Sabtu 29 Oktober 2016, suara para perwakilan masing-masing negara seragam. Kebanyakan dari mereka mengutuk aksi itu. Rudal sendiri diketahui berhasil dicegat pasukan darat Arab Saudi dan jatuh sekira 65 kilometer dari kota suci Mekah.
"Kami mengutuk serangan semacam ini dalam hal yang paling kuat," kata Duta Besar Jerman Dieter W. Haller.
Dia mengatakan, adalah penting bagi semua pemangku kepentingan di Yaman untuk melanjutkan pembicaraan damai agar menemukan solusi sesuai dengan resolusi PBB yang diusulkan oleh utusan-nya Ismail Ould Cheikh Ahmed.
Sementara itu, Duta Besar Norwegia untuk Arab Saudi, Rolf Willy Hansen mengatakan, serangan itu tentu dikutuk oleh semua orang yang mencintai perdamaian. "Saya sungguh-sungguh merasa bahwa hal ini bisa diselesaikan di meja perundingan damai."
Suara senada juga disampaikan Duta Besar Finlandia, Pekka Voutilainen. "Itu semacam serangan rudal di tanah Arab, harus dikutuk dalam kata-kata yang paling kuat. Hal ini tidak dapat diterima. PBB telah datang dengan peta jalan untuk memulihkan perdamaian di Yaman. Dengan melakukan ini, milisi Houthi telah mengganggu proses perdamaian, yang penting untuk mengembalikan stabilitas politik," ujarnya.
India melalui duta besarnya Ahmad Javed juga memicingkan pandangan terkait serangan rudal ini. Kata dia, target rudal terhadap tempat suci merupakan tindakan yang sangat tercela.
"Kami sangat terkejut dengan serangan terhadap wilayah Saudi oleh milisi Houthi. Ini benar-benar tidak dapat diterima. Kami berharap gencatan senjata akan terus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pembicaraan perdamaian PBB untuk mengembalikan stabilitas politik di Yaman," tambah Duta Besar Belgia Geert Criel.
Pakistan melalui duta besarnya, Manzoor Ul Haq mengatakan jika serangan rudal yang menargetkan kota suci sangat mengejutkan bagi setiap Muslim. Pihaknya tentu sangat mengutuk serangan apapun terhadap Mekah atau bagian lain dari Kerajaan.
Di sisi lain, Duta Besar Turki Yunis Demirer mengaku lega dengan kemampuan kekuatan pertahanan Arab Saudi yang mampu mencegat dan menghancurkan rudal balistik dari milisi Houthi. Kementerian Pertahanan dari Turki sendiri saat ini sudah memberikan pernyataan resmi, di mana mereka mengutuk serangan tersebut.
Duta Besar Bangladesh, Golam Moshi, mengatakan kepada Arab News jika negaranya tak habis pikir dengan aksi yang dilancarkan milisi Houthi. "Ini bukan serangan terhadap Arab Saudi, itu adalah agresi yang disengaja pada Islam," katanya.
Bangladesh mengaku siap mengirim pasukan untuk melindungi kota suci Mekah dan Madinah dari penyerangan.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir mengatakan, serangan itu tidak hanya melanggar kesepakatan damai. Tetapi juga ditargetkan ke Mekah, di mana umat Islam dari seluruh penjuru dunia datang untuk berziarah dan menunaikan ibadah haji.
Selanjutnya>>> Iran di balik milisi Houthi?
Iran di balik Houthi?
Sebelumnya, kelompok militan Houthi telah menembakkan roket dengan target kota suci Mekah. Pasukan Koalisi Arab mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa roket itu jatuh sekitar 65 kilometer dari Mekah. Sebagai balasan, jet tempur pasukan koalisi langsung menyerang dan menghancurkan lokasi peluncuran roket di Saada.
Sementara itu, Perdana Menteri Yaman, Ahmed Obeid bin Daghr, mengatakan ada negara Iran di balik serangan tersebut. Iran dikatakan telah melatih ribuan pejuang Houthi di Iran dan Beirut, Lebanon, yang justru membuka jalan bagi agresi milisi pemberontak.
"Perang di Yaman tidak dimulai pada tanggal 26 Maret 2015. Tapi dimulai ketika Houthi mengangkat senjata melawan pesaing politik mereka terhadap negara dengan dukungan nyata dari Iran. Mereka jelas-jelas melatih 6.000 milisi Houthi," kata Bin Daghr, setelah pertemuan dengan Duta Besar Prancis untuk Yaman, Kristen Tisti.
Ia juga mengklaim bahwa Yaman tidak pernah mencari perang, namun ketika pemberontak Houthi difasilitasi mesin perang dari Sida ke Imran dan Sana'a lalu membunuh rakyat dan melakukan aksi pemboman, maka pemerintah pun akhirnya ikut berperang.
"Dunia akhirnya akan menyadari bahwa Houthi adalah masalah tidak hanya bagi Yaman tetapi juga kawasan," papar Bin Daghr.
Juru Bicara Pasukan Koalisi Pimpinan Arab Saudi, Mayor Jenderal Ahmed Asiri, menuduh Iran mendukung pemberontak Houthi dan melatih mereka untuk menggunakan teknologi yang memungkinkan mereka melancarkan serangan. Ia pun secara tegas mengumumkan akan melakukan serangan balasan terhadap Houthi.
"Kami bersama koalisi akan terus-menerus menggempur Houthi sebagai kampanye militer di Yaman," kata Asiri, seperti dikutip situs Russia Today.
Â