Duterte Ralat Ucapannya Soal 'Perceraian' dengan Amerika
- Reuters/Ng Han Guan
VIVA.co.id – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, meralat ucapannya yang mengatakan selamat berpisah pada AS. Ia mengaku tidak berniat memutuskan hubungan dengan negara sekutu lamanya itu, namun hanya ingin memisahkan kebijakan luar negeri yang lebih mandiri, dengan memperkuat hubungan dengan China.
Sehari setelah ia memprovokasi dengan mengumumkan "pemisahan" dari Washington di Beijing, Duterte melunak. Saat kembali ke Filipina, Duterte meralat ucapannya.
"Ini bukan pemutusan hubungan. Ketika Anda mengatakan pemutusan hubungan, Anda memotong hubungan diplomatik. Saya tidak bisa melakukan itu," kata pemimpin Filipina itu saat konferensi pers yang diadakan pada Jumat tengah malam di rumahnya di Davao, 21 Oktober 2016.
"Sebagai negarawan, saya memiliki keinginan terbaik untuk menjaga hubungan ini," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu, 22 Oktober 2016.
Pada hari Kamis, 20 Oktober 2016, saat berkunjung ke China, Duterte mengatakan dalam sebuah forum yang dihadiri pebisnis China dan Filipina, AS telah kalah saat ini, karena ia mencari apa yang dia sebut Aliansi Komersial Baru dengan China. "Saya mengumumkan perpisahan saya dari Amerika Serikat," kata Duterte saat itu.
Ucapan tersebut disambut tepuk tangan gemuruh. Lalu Duterte menambahkan, ia juga akan meningkatkan hubungan lebih dekat dengan Rusia.
Namun kini ia mengklarifikasi ucapannya saat di Beijing itu. Duterte mengatakan bahwa apa yang ia maksudkan adalah bahwa kebijakan luar negeri di Manila tidak perlu selalu mengikuti Washington.
"Apa yang saya maksudkan saat itu adalah pemisahan kebijakan luar negeri," katanya. "Di masa lalu, dan sampai saya menjadi presiden, kita selalu mengikuti apa yang diisyaratkan oleh AS," ujarnya menambahkan.
Gedung Putih, yang sempat menanggapi ucapan perpisahan dari Duterte dengan mengatakan, "saat ini terlalu banyak masalah yang ditimbulkan oleh ucapan Duterte," segera merespons terbuka perubahan sikap Duterte yang sangat cepat itu.
"Berdasarkan maksudnya, mengenai komentar sebelumnya yang 'penuh warna,' kami sangat ingin mendapatkan kejelasan tentang maksud dari Presiden Duterte dan pemerintahannya,” kata juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, saat konferensi pers harian dengan wartawan.
"Tapi berdasarkan ucapannya sekarang, tampaknya terjadi perubahan dalam yang lebih konsisten untuk hubungan yang telah terjalin selama lebih dari tujuh dekade antara Amerika Serikat dengan Filipina," ujar Earnest menambahkan.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, berulangkali mengeluarkan ucapan yang menunjukkan keinginannya untuk berpisah dengan Amerika Serikat dan mendekat pada China dan Rusia. Namun ucapan itu segera diklarifikasi oleh menteri-menteri, juga oleh Duterte sendiri.