Kepemimpinan Indonesia di IORA Diapresiasi
- VIVA.co.id/Dinia Adrianjara
VIVA.co.id – Kalangan akademisi dan peneliti anggota Asosiasi Negara di Kawasan Samudera Hindia (IORA), sepakat untuk meningkatkan dan mempererat kerja sama penelitian, serta mengkaji isu-isu strategis di kawasan.
Dalam kekentuan IORA periode 2015-2017, Indonesia memprioritaskan adanya penguatan kerja sama institusi kelembagaan dan maritim di kawasan, untuk menjamin kedamaian dan stabilitas, serta mendorong terciptanya peluang bisnis.
"Forum akademisi ini harus bergerak untuk menjadi sebuah wadah pemikir, atau think tank, yang secara aktif dan menyusun, serta menyampaikan rekomendasi kebijakan yang mendukung peran pemerintah IORA," kata Direktur IORA, Graham Anderson, di Jakarta, Rabu 12 Oktober 2016.
Pada pertemuan tersebut, akademisi Indonesia menyampaikan kembali komitmen mereka untuk kerja sama akademik, dengan mengajukan kerja sama penelitian "Coastal Health and Wealth in Indian Ocean".
"Grup akademik ini sangat dinamis dan bisa menjadi masukan yang sangat baik bagi pemerintah di masing-masing negara anggota IORA. Kami pun sangat senang, mengapresiasi, dan melihat banyak kemajuan yang diraih IORA selama kepemimpinan Indonesia. Saya yakin, setiap negara anggota memiliki kesan yang baik," kata Anderson.
Sebagai asosiasi beranggotakan 21 negara, IORA diharapkan bisa memiliki pengaruh yang besar, khususnya untuk membentuk new gold center di kawasan Pasifik.
Sejumlah tantangan yang muncul di kawasan Samudera Hindia belakangan ini, seperti human trafficking (penyelundupan manusia), IUU fishing, pembajakan, dan perubahan iklim.
Pertemuan Asosiasi Negara-negara di Kawasan Samudera Hindia, atau IORA akan digelar di Bali, dua pekan ke depan.
"Indonesia melihat ada potensi konflik di kawasan Samudera Hindia. Karena itu, Indonesia menilai diperlukan adanya kerja sama untuk menjaga stabilitas dan memajukan ekonomi bersama, dalam konteks perdagangan dan investasi," kata Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kemlu RI, Desra Percaya. (asp)