Perempuan Kristen Jadi Pemimpin di Negara Muslim
- CNEWA.org
VIVA.co.id – Isu agama dan politik masih menjadi primadona untuk 'digoreng' dalam pemilihan kepala daerah di Indonesia. Tak terkecuali di ibu kota Jakarta.
Insiden 'Al-Maidah' adalah bukti nyata bahwa adanya tarik-menarik yang kuat antara kepentingan politik dan agama. Namun, di Turki hal itu seperti tidak berlaku.
Melansir situs Al-Monitor, Rabu, 12 Oktober 2016, sebuah kota di wilayah tenggara Anatolia bernama Mardin, dipimpin oleh pasangan Wali Kota Ahmed Turk (Muslim/73) dan wakilnya bernama Februniye Akyol (Kristen Ortodoks/27).
Di kota berpenduduk sekitar 300 ribu jiwa ini, Akyol telah membuat geger panggung perpolitikan Turki sebagai wanita Kristen pertama yang memerintah sebuah kota metropolitan di republik yang 96,5 persennya Muslim.
Ia diusung oleh Partai Perdamaian dan Demokrasi (BDP), partai Kurdi utama di Turki, dalam pemilihan wali kota dan wakil wali kota 30 Maret 2014.
Diikutsertakannya Akyol sebagai bentuk untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik. Sementara, Turk seroang pemimpin Kurdi veteran yang sangat dihormati.
"Partai Kurdi telah memilih saya untuk memperjuangkan hak dan kaum perempuan. Dan keberadaan saya di sini bukan sebagai hiasan belaka," kata Akyol.
Akyol terlahir dengan nama baptis Fabronia Benno, ia adalah putri dari seorang pengrajin perak di Tur Abdin, yang berdekatan dengan Mardin.
Keluarganya merupakan anggota dari komunitas Suryani, jejaring kuno iman Kristen yang pengikutnya masih berbicara versi bahasa Aram, bahasa Yesus Kristus.
Namun, namanya harus diubah menjadi Februniye Akyol, karena terbentur aturan pembatasan pada budaya dan bahasa dari etnis dan agama minoritas di Turki.
Februniye Akyol dengan bendera Partai BDP (Kurdishinfo.com).
Sebelumnya, Turki telah memiliki Wali kota Kristen pada 2011 bernama Erol Dora, juga berasal dari Partai BDP. Namun, Akyol adalah orang Kristen pertama untuk memerintah satu dari 30 kota metropolitan Turki.
Awal menjadi wakil wali kota, Akyol tidak memiliki ruang dan meja kerja, komputer, kendaraan dinas, dan bahkan kantor balai kota.
Ia pun tidak merasa terusik dengan sangat minimnya fasilitas. "Ini bukanlah halangan bagi saya. Saya akan menggunakan mobil pribadi untuk berkeliling kota," ungkapnya, yang resmi menjabat wakil wali kota pada 8 April 2014.