Jalur Sutra Maritim Ini Bisa 'Memiskinkan' Singapura
- schillerinstitute.org
VIVA.co.id – Terusan Kra atau Terusan Thai merupakan suatu rencana pembangunan terusan yang bertujuan untuk menghubungkan Teluk Thailand dengan Laut Andaman, Samudera Hindia.
Terusan ini diperkirakan akan memberikan alternatif pelayaran yang biasanya melalui Selat Malaka dan memperpendek waktu pengiriman minyak ke negara-negara Asia Timur seperti Jepang dan China.
Dengan panjang sekitar 102 kilometer, lebar 400 meter dan kedalaman 20 meter, Terusan ini diklaim bisa mempersingkat perjalanan sejauh 1.200 kilometer dari Samudera Pasifik dan Hindia.
Menurut situs Independent, Senin, 10 Oktober 2016, perjalanan singkat ini bisa menghemat bahan bakar sekitar US$320 (Rp4,2 juta). Ide ini bukanlah hal baru.
Sebab, telah diusulkan sejak 1677 silam, di mana ketika itu, Raja Thailand Narai meminta seorang insinyur Prancis untuk mensurvei pembangunan kanal yang menghubungkan Songkhla dengan Myanmar.
Akan tetapi, ide brilian ini tak kunjung terealisasi lantaran masalah teknologi. Sebagai salah satu negara besar, dalam satu dekade terakhir, China menunjukkan ketertarikan dan minat untuk mengubah ide Terusan Kra menjadi kenyataan.
Apalagi kalau bukan alasan strategis. Karena, selama ini hampir 80 persen impor minyak China dari Timur Tengah dan Afrika melewati Selat Malaka.
Tak dapat dipungkiri, rute yang jauh dan tingginya tingkat pembajakan membuat banyak usaha yang perlu dikeluarkan negeri Tirai Bambu ini.
Kini, China memiliki uang, teknologi dan kepemimpinan politik yang mumpuni, untuk mendukung megaproyek ini. China bahkan menyebut rencana pembangunan Terusan Thai sebagai bagian dari 'Jalur Sutra Maritim Abad ke-21'.
10 tahun
Tahun lalu, muncul kabar bahwa China dan Thailand telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk proyek Terusan Kra.
Pada 15 Mei 2015, MoU tersebut ditandatangani oleh China-Thailand Kra Infrastructure Investment and Development Company and Asia Union Group di Guangzhou.
Berdasarkan laporan, megaproyek ini membutuhkan waktu sekitar satu dekade (10 tahun) yang menelan biaya sebesar US$28 miliar (Rp364 triliun).
Namun, empat hari setelah beredarnya kabar tersebut, pemerintah China dan Thailand secara resmi membantah adanya kesepakatan terkait pembangunan kanal.
Pembangunan Terusan Kra tentu mengancam setoran devisa Singapura. Sebab, selama ini negara tersebut memperoleh pemasukan melalui kapal yang melewati Selat Malaka.
Jika Terusan ini berhasil dibangun, maka mengurangi jumlah kapal yang melewati Selat Malaka dan akhirnya berdampak pada pendapatan negara.
Pada 2014, transportasi dan penyimpanan sektor Singapura menyumbang 6,9 persen dari PDB negeri itu.
Namun sebaliknya, pembangunan ini akan menguntungkan Thailand melalui potensi manfaat termasuk biaya pelabuhan, tol, investasi asing dan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah.
Sedangkan bagi China, rute yang lebih singkat akan mempersingkat waktu dan menghemat biaya impor minyak dari Afrika dan Timur Tengah. Hal ini juga membantu dorongan untuk pelabuhan China di Shanghai, Hong Kong dan Shenzen.