'Nazi' Tolak Kenakan Hijab di Negeri Mullah

Pecatur dunia Nazi Paikidze-Barnes.
Sumber :
  • Instagram Nazi Paikidze-Barnes

VIVA.co.id – Nazi Paikidze-Barnes (23), seorang pecatur wanita dunia, menentang pemakaian hijab pada kompetisi Kejuaraan Catur Dunia di Iran yang akan digelar tahun depan.

Menggali Potensi Pecatur Indonesia Melalui Turnamen Catur yang Semakin Diminati

Ia pun memboikot kompetisi bergengsi itu karena menurutnya memakai hijab sebagai bentuk 'dukungan terhadap penindasan'.

"Saya pikir Iran tidak layak menjadi tuan rumah kejuaraan dunia catur perempuan. Di negara itu perempuan tidak memiliki hak-hak dasar dan mereka diperlakukan sebagai warga kelas dua," katanya, seperti dikutip situs BBC, Minggu, 9 Oktober 2016.

Tajikistan Negara Mayoritas Muslim Larang Penggunaan Hijab, Melanggar Didenda Rp99 Juta

Sebagaimana diketahui, di negeri Mullah itu perempuan secara hukum diharuskan mengenakan hijab atau jilbab.

Nazi lalu membuat petisi agar Federasi Catur Dunia (FIDE) memindahkan lokasi kejuaraan ke negara lain atau membuatnya opsional bagi perempuan untuk menutupi kepala mereka.

Lihat Wanita Berhijab Pakai Rok Sebetis, Kartika Putri: Jangan Membenarkan yang Tidak Dibenarkan

Sejak mengungkapkan rencananya untuk memboikot acara tersebut, Nazi telah dihujani kritik yang isinya menyebut dirinya tidak mengerti budaya Islam dan masyarakat Iran.

"Saya tidak anti-Islam atau agama lain. Saya berdiri untuk kebebasan beragama dan keyakinan. Saya juga memprotes keputusan FIDE bukan karena agama atau orang Iran, namun undang-undang pemerintah yang membatasi hak-hak saya sebagai seorang perempuan," ujarnya.

Nazi lahir di Rusia dan dibesarkan di Georgia, tempat catur merupakan permainan yang umum di negara itu. Saat ini, ia tinggal di Las Vegas dan bersaing untuk menjadi pemain Amerika Serikat.

Sementara, FIDE mengatakan Iran merupakan satu-satunya negara yang telah mengajukan proposal sebagai tuan rumah dan tidak ada negara anggota lainnya yang menyatakan keberatan.

"Tidak ada keluhan dari pemain atau pejabat dan semua orang menghormati hukum suatu negara, termasuk persyaratan soal pakaian," kata FIDE dalam keterangan resminya.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya