Tak Mau Menyerah, Dua Militan Turki Bunuh Diri
- Zimbio.com
VIVA.co.id – Dua militan Turki memilih bunuh diri di area terpencil, tak jauh dari Ankara, Turki. Mereka menolak menyerahkan diri pada polisi.
Dua militan, satu perempuan dan satu laki-laki, diyakini terkait dengan jaringan Partai Pekerja Kurdi (PKK). "Sepertinya ada indikasi kuat mereka memiliki jaringan dengan PKK," ujar Gubernur Ercan Topaca pada CNN, seperti dikutip dari Reuters, 8 Oktober 2016.
Pejabat setempat meyakini kedua orang tersebut sedang menyiapkan bom mobil. Mereka menolak menyerahkan diri pada polisi meski sudah terkepung, dan memilih membunuh dirinya sendiri. "Sebuah bencana besar berhasil dicegah. Mereka mungkin akan melakukannya di Ankara," ujar Menteri Kehakiman Bekir Bozdag. "Turki saat ini berada dalam kondisi kritis. Ada pertempuran di Irak dan Suriah, dan disanalah sumber terornya," ujar Bozdag menambahkan.
Kendali PKK saat ini berada di pegunungan di sebelah selatan Irak, sedangkan milisi YPG Kurdi berada di Suriah, kedua organisasi ini diperkirakan saling berhubungan dekat. Pemerintah Turki saat ini gencar melakukan operasi untuk membasmi pemberontak. Operasi yang dilakukan Turki di sebelah selatan Suriah bertujuan untuk menekan kelompok jihadis ISIS dan YPG agar menjauh dari perbatasan.
Dari hasil penggerebekan pada dua militan tersebut, polisi berhasil mengamankan dua buah plastik berisi bahan peledak seberat 200 kg. Menurut Gubernur, mereka menyiapkan itu untuk melakukan aksinya pada Sabtu ini.
Menurut kantor berita Anadolu, saat ini Presiden Recep Tayyip Erdogan sedang menggelar pertemuan dengan pejabat keamanan di Istanbul. Namun tak ada penjelasan detil, apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut.
Kelompok PKK telah melakukan pemberontakan di Turki selama lebih dari tiga dekade. Mereka fokus memberontak di sebelah tenggara. Akibat perang yang tak kunjung usai, sudah lebih dari 40.000 orang tewas. Turki, AS dan Uni Eropa menyebut kelompok ini sebagai bagian dari teroris.
Turki dan PKK pernah menyepakati gencatan senjata selama dua tahun. Namun sejak Juli tahun lalu, gencatan senjata tersebut berantakan. Akibatnya serangan bom dan bentrokan antara pemerintah Turki dan PKK kembali terjadi.