Upaya 'Big Apple' Hapus Citra Buruk Islam

Umat Muslim di Kota New York, AS, saat tengah berpawai.
Sumber :
  • REUTERS.com

VIVA.co.id – Kota New York, Amerika Serikat menggebrak kampanye iklan media sosial yang bertujuan untuk memerangi persepsi negatif tentang dunia Islam.

Tanggapi Usulan Prabowo Pilkada Lewat DPRD, Legislator Golkar Usul Aktornya Juga Berubah

Menurut Wali kota New York, Bill de Blasio, seperti dikutip situs Alarabiya, Kamis, 29 September 2016, kampanye ini juga untuk membendung meningkatnya kasus ancaman dan kekerasan.

Tercatat, sebanyak 3,3 juta warga Muslim bermukim di AS, dan salah satunya di kota berjuluk 'Big Apple' tersebut.

Suswono Jamin Tunaikan Janji Kampanye Jika Menang: Kalau Nggak, Demo Aja ke Balai Kota

Kampanye iklan akan ditempatkan di media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram dengan hashtag #IamMuslimNYC.

Beberapa waktu lalu, New York mengalami aksi teror di mana seorang pria kelahiran Afghanistan dituduh melukai 31 orang dalam aksi pemboman pada 17 September lalu. Tersangka diketahui telah memeluk pandangan Islam garis keras.

Pilkada Kota Bogor: Dokter Rayendra-Eka Maulana Respons Tenang Serangan Black Campaign 

"Sekarang saatnya bagi seluruh New Yorker (warga kota New York) untuk bersatu melawan kebencian dan kekerasan," kata de Blasio. Ia menegaskan kalau semua orang berhak untuk diperlakukan sama dan dihormati.

"Apakah Anda Kristen, Muslim, Yahudi, Sikh, Hindu, Agnostik dan Atheis. Itu tidak masalah. Kita semua berhak untuk hidup aman dan bebas dari kebencian atau diskriminasi," ungkapnya.

Penyelidikan oleh Komisi Hak Asasi Manusia terhadap kasus-kasus diskriminasi berdasarkan ras, asal negara dan agama telah berkembang selama dua tahun terakhir.

Pada 2014 tercatat 194 kasus dan meningkat menjadi 326 kasus di tahun berikutnya. Sebagai perbandingan, sebelum serangan teror 11 September 2001, menurut Biro Investigasi Federal (FBI) terdapat 20-30 kejahatan anti-Muslim per tahunnya.

Muslim New York tengah berpawai.

Pawai antikekerasan terhadap umat Islam di New York, AS (Reuters.com).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya