Bertemu Obama, Aung San Suu Kyi Dikritik
- REUTERS/Cathal McNaughton
VIVA.co.id – Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin Myanmar bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Obama di Gedung Putih pada Rabu, 14 September 2016. Pertemuan ini adalah perdana sejak Suu Kyi kini diposisikan sebagai pemimpin di negaranya pascapartai besutannya menang di Pemilu tahun lalu.
Sejak lama, Suu Kyu menjadi tahanan politik di rumah karena memimpin Partai Demokratik di Myanmmar.
Amerika Serikat diketahui tahun lalu mulai mencabut berbagai sanksi yang diberikan kepada Myanmar. Hal itu dilakukan sebagai langkah memperbaiki hubungan kedua negara yang sempat memburuk pada masa pemerintahan Junta Militer.
Dalam kunjungannya kali ini, Suu Kyi dijadwalkan pula akan bertemu dengan sejumlah pejabat teras Gedung Putih termasuk Menteri Luar Negeri John Kerry sebagaimana dilansir Reuters.
"Suu Kyi sebelumnya banyak mendapat dukungan dalam perannya menegakkan demokrasi. Saat ini pejabat Amerika akhirnya akan menemui seseorang dari Myanmar yang benar-benar mewakili pemerintah resmi," kata Pakar dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) Washington, Murray Hiebert.
Dalam pertemuan tersebut, Obama dan Suu Kyi akan membahas lebih lanjut penghapusan sanksi yang dijatuhkan Amerika kepada Myanmar sekaligus dukungan investasi di negara tersebut.
Namun mulai gencarnya Suu Kyi mengusahakan perkembangan Myanmar tak menghilangkan sejumlah kritik terhadapnya. Posisi Suu Kyi saat ini justru dipertanyakan oleh sejumlah kelompok organisasi masyarakat sipil yang menilai Suu Kyi kurang memperhatikan penindasan militer terhadap suku Rohingya di negaranya.
Atas hal tersebut, ada lebih dari 40 lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menaruhkan nama lembaganya dalam surat yang dikirimkan kepada Obama agar mengingatkan Suu Kyi soal isu itu.
Sementara Senator AS, Bob Corker juga mengkritik Suu Kyi yang dianggap pasif menghadapi kasus-kasus trafiking yang kerap menimpa warga negara tersebut.
"Saya melihat dia tidak memperhatikan isu ini sebagai hal penting oleh karena itu saya pastikan akan memantau terus respons pemerintah Myanmar untuk mencegah kejahatan perdagangan manusia termasuk pekerja paksa dan perbudakan seksual," kata Corker usai turut dalam jamuan makan pagi bersama Suu Kyi.