Duterte Anggap AS Ganggu Pemberantasan Abu Sayyaf
- REUTERS/Darren Whiteside
VIVA.co.id – Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta penarikan pasukan khusus Amerika Serikat dari Filipina, lantaran kehadiran mereka, dianggap menyulitkan pihak berwenang Filipina untuk menumpas kelompok Abu Sayyaf.
Menurut Duterte, kehadiran pasukan AS di Pulau Mindanao, akan menjadi sasaran bernilai tinggi bagi militan Abu Sayyaf dan dapat memicu kontradiksi yang lebih besar lagi antara kedua negara.
"Mereka (pasukan AS) harus pergi. Saya tidak ingin ada keretakan dengan Amerika. Jika mereka tetap tinggal di Mindanao, Abu Sayyaf bisa mencoba menculik mereka untuk dijadikan tebusan," kata Duterte seperti dikutip Reuters, Selasa 13 September 2016.
Menanggapi hal ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, John Kirby mengatakan, tidak mengetahui adanya komunikasi resmi oleh Manila yang meminta penarikan pasukan.
"Washington akan terus membuktikan komitmennya untuk beraliansi dengan Filipina," kata Kirby.
Amerika Serikat, sebelumnya telah mengerahkan tentara pasukan khusus untuk Mindanao, sejak 2002, untuk melatih dan bekerja sama dengan militer Filipina dalam memerangi Abu Sayyaf. Program ini melibatkan 1.200 tentara Amerika.
Program ini telah dihentikan sejak 2015 lalu, namun masih ada sejumlah pasukan AS yang tinggal di Mindanao untuk keperluan logistik dan dukungan teknis.
Amerika juga telah banyak berkontribusi dalam menjaga keamanan di Filipina, terutama sejak konflik Laut China Selatan memanas. Kedua negara menyepakati Enhanced Defense Cooperation Agreement, atau Perjanjian Kerja sama Pertahanan, yang memberikan akses kepada AS untuk merotasi lima pangkalan di Filipina. (asp)