Usai Dimakzulkan Senat Brasil, Rousseff: Saya Belum Menyerah
- REUTERS/Ueslei Marcelino/File Photo
VIVA.co.id – Dilma Rousseff (68), mantan gerilyawan sayap kiri yang pernah merasakan dipenjarakan di bawah kediktatoran militer pada 1970, akhirnya dikudeta melalui pemungutan suara di Senat Brasil.
Ia pun bersumpah untuk "bertempur sampai akhir" dalam membela para pekerja Brasil. Usai pengumuman kudeta dan pelantikan Michel Temer sebagai Presiden, Rousseff bersikeras kalau ia tidak bersalah dan mengatakan pemecatan ini sebagai "kudeta parlementer".
Menurutnya, kudeta ini didukung oleh kalangan elite ekonomi Brasil yang akan berkampanye akan mengembalikan program-program sosial untuk mengangkat jutaan warga Brasil untuk keluar dari garis kemiskinan beberapa dekade terakhir.
"Mereka pikir telah mengalahkan kami. Salah besar," kata Rousseff, kala berdiri di luar kediaman resmi Presiden Brasil yang diapit para pendukung, seperti dikutip situs Reuters, Kamis, 1 September 2016.
Ia mengaku akan mengajukan banding atas keputusan parlemen dengan menggunakan segala cara atas nama hukum. "Saat ini, saya tidak akan mengucapkan selamat tinggal kepada Anda. Saya belum menyerah dan saya yakinkan kalau kita akan 'bertemu kembali'", ungkapnya.
Pengakhiran kekuasaan Partai Buruh Brasil memicu reaksi kemarahan dari pemerintahan sayap kiri di seluruh wilayah.
Rousseff menjadi pemimpin pertama Brasil yang dipecat dari jabatannya, setelah sebelumnya pada 1992, di mana ketika itu Presiden Fernando Collor de Mello mengundurkan diri sebelum masa jabatannya dalam sidang pemakzulan (impeachment) lantaran korupsi.