Difabel, Remaja Afganistan Melukis dengan Mulut
- Youtube
VIVA.co.id – Apapun akan dilakukan jika hasrat berkarya sudah tidak terbendung. Seperti banyak seniman muda lain seusianya, Robaba Mohammadi, 16 tahun, bermimpi bisa mengadakan pameran seni internasional.
Tidak mudah bagi Robaba untuk menyalurkan hasrat seninya. Ia dilahirkan dengan kelumpuhan parsial anggota tubuhnya sehingga tidak mampu mengendalikan tangan dan kakinya. Namun, hal itu tidak membuatnya menyerah. Kecintaannya pada karya lukis membuatnya tetap melukis meski menggunakan mulut.
Robaba berasal dari keluarga miskin di provinsi Ghazni yang pindah ke Kabul Afganistan. Pada usia tiga tahun Robaba dan kedua orangtuanya menyadari kelumpuhaannya ketika berobat medis. Namun, mereka berpasrah ketika tim medis menyatakan tidak dapat membantunya.
"Saat itu saya sering rendah diri dan putus asa. Apalagi ketika saudara dan saudari saya akan ke sekolah saya selalu berkata kepada diri sendiri 'Lihat, mereka lebih muda dari saya, tapi mereka telah mendapatkan banyak pengetahuan, seperti menulis dan belajar. Tapi saya, saya bahkan tidak bisa menulis nama saya sendiri'. Saya sangat tertekan, saya bahkan menangis dua sampai tiga kali sehari," ujarnya seperti dilansir dari reuters.
Ia berimmpi untuk mengadakan pameran seni di Museum Khan Aga yang merupakan salah satu museum terbesar di Kanada. Hasil lukisan dan sketsa wajah yang ia buat terlihat realis dan detil. Tidak terbayang lukisan dengan detil sempurna seperti itu dilakukan dengan mulut.
Selama satu satu dekade, konflik dan kemiskinan menyebabkan banyak bayi lahir cacat di Afganistan. Selain itu, banyak yang menjadi menganggur dan menghadapi diskriminasi dalam masyarakat, karena cacat dianggap sebagai kelemahan.
"Bila Anda ingin membuat karya seni tapi Anda tidak memiliki tangan atau kaki itu artinya, Anda tidak bisa melakukan apa-apa. Berbeda jika Anda bisa melakukannya, namun tidak sanggup. Ini soal usaha dan keinginan," ujar Robaba.
Keterbatasannya membuat Robaba sering meminta bantuan keluarganya. Terkadang, ketika ia butuh sesuatu, saudaranya sering merasa kerepotan dan mengatakan bahwa mereka sibuk dan tidak memiliki waktu. Hal itu menyakitkan bagi dirinya.
"Robaba tidak memiliki tangan untuk menggambar tapi Tuhan telah memberikan dia kemampuan untuk menggambar dengan mulutnya. Dia melakukan tugas yang sangat mustahil dan sebelumnya, kami tidak berpikir ia bisa melakukannya. Sekarang kami berharap dia bisa berbuat sesuatu dalam kariernya, "kata Shakila Mohammadi, adik Robaba.
Robaba Mohammadi berharap karya seninya akan memberikan gambaran yang berbeda dari Afghanistan yang telah berjuang selama satu dekade menghadapi konflik dan perang. Suatu hari ia juga mengharapkan bisa sekolah dan menjalani kehidupan dan pendidikan yang layak.