1.800 Orang Tewas dalam Perang Narkoba di Filipina
- REUTERS/Erik De Castro
VIVA.co.id – Kepolisian Nasional Filipina melaporkan bahwa jumlah korban yang tewas dibunuh lantaran terkait dengan narkoba mencapai 1.800 orang.
Jumlah ini meningkat dua kali lipat sejak Rodrigo Roa Duterte mengambil alih kekuasaan pada Mei 2016, dan memulai perang antinarkotika di Filipina.
Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Ronald Dela Rosa, seperti dikutip situs Reuters, Senin, 22 Agustus 2016, mengatakan, saat ini pihaknya tengah menyelidiki 1.067 pembunuhan terkait perang terhadap narkotika dan obat-obatan terlarang.
"Kami telah menghukum 712 orang, baik pengedar maupun pengguna narkoba, selama operasi pemberantasan," kata Dela Rosa, kepada Komite Senat Filipina.
Sebelumnya, berdasarkan data aktivis Hak Asasi Manusia yang dikutip Reuters, jumlah korban tewas terkait perang narkoba sampai 3 Agustus 2016 mencapai 770 orang.
Jumlah itu masih akan terus bertambah. Sikap Rodrigo yang tak tebang pilih dalam memberantas kejahatan narkoba membuat warganya hormat kepada pria yang 22 tahun memimpin kota Davao tersebut.
Akibat aksi brutalnya ini membuat Perserikatan Bangsa Bangsa angkat bicara. Organisasi internasional itu telah mendesak Manila untuk menghentikan eksekusi ekstra-yudisial dan pembunuhan yang telah meningkat sejak Duterte memenangkan kursi kepresidenan pada janji untuk menghapus kartel narkoba.
Bukannya melunak, Duterte justru mengkritik PBB karena mengecam serangkaian pembunuhan terhadap para terduga pengedar narkoba di negaranya. Ia bahkan menilai kecaman PBB tidak adil karena lembaga itu tutup mulut soal berbagai kekerasan mematikan di Timur Tengah.