Alumni SMA Semesta Berupaya Pulangkan Handika dari Turki

Massa pendukung Erdogan berkumpul saat kudeta militer Turki.
Sumber :
  • REUTERS / Huseyin Aldemir

VIVA.co.id – Para alumni Sekolah Menengah Atas (SMA) Semesta Bilingual Boarding School Semarang, Jawa Tengah, melakukan segenap upaya pembebasan terhadap Handika Lintang Saputra (21), salah satu alumni yang ditahan pemerintah Turki.

Erdogan Benarkan Turki Tutup Wilayah Udaranya untuk Pesawat Presiden Israel

Handika ditahan atas tuduhan turut terlibat dalam organisasi kudeta yang dilakukan  ulama Turki yang kini bermukim di Amerika Serikat, Fethullah Gulen.

Anehnya, penahanan dilakukan pemerintahan Recep Tayyip Erdogan sepekan sebelum kudeta militer di Turki meletus.

Turki Tutup Wilayah Udaranya untuk Pesawat Pemimpin Israel, Isaac Herzog

Namun, untuk terus menambah dukungan pembebasan, Organisasi Alumni SMA Bilingual Semesta Semarang (OASE) juga terus melakukan pertemuan untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan.

Husen Abdillah, salah satu anggota OASE, mengatakan, pertemuan antaralumni yang dilakukan hari ini telah menghasilkan kesepakatan.

Presiden Israel Urung Hadiri KTT Iklim gara-gara Turki Larang Pesawatnya Melintas

"Kami sudah bertemu dan berdiskusi  berbagai langkah. Hasilnya kami sepakat untuk menyewa pengacara di Turki," kata Husen, di Semarang, Jawa Tengah, Minggu, 14 Agustus 2016.

Ia dan OASE bertekad untuk berupaya membebaskan Handika dan segera pulang ke Indonesia.

"Karena kami yakin Handika sama sekali tidak terlibat jaringan teroris seperti yang dituduhkan Presiden Erdogan," ungkapnya.

Tak hanya menyewa pengacara, Husen juga menuturkan pihaknya meminta bantuan Kementerian Luar Negeri Indonesia, dan tentu saja, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ankara, Turki, untuk memuluskan upaya pembebasan.

Handika Lintang Saputra alumni SMA Semesta angkatan 2013. Setelah lulus, ia mendapat beasiswa S1 dari Universitas Gaziantep Jurusan Matematika Murni lantaran beberapa kali juara Olimpiade Matematika di Turki.

Ia ditangkap aparat keamanan Turki pada 3 Juni 2016 bersama dua warga lokal karena diduga terlibat dalam kelompok Hizmet, pimpinan Fethullah Gulen, organisasi yang dilarang di sana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya