Datang Sebagai Turis ke Jerman, Malah Dikira Imigran

Nasib imigran di Eropa/Ilustrasi.
Sumber :
  • REUTERS/Stefano Rellandini

VIVA.co.id - Bagi pria asal China ini, sepertinya Jerman tak akan bisa ia kenang sebagai destinasi liburan yang menyenangkan. Semua bermula saat ia dirampok dan kehilangan semua identitas dirinya.

Mr.L, seorang pria China, harus menikmati nasib selama 12 hari menjadi pengungsi. Ia sedang berlibur di Heidelberg, Jerman, saat dirampok habis-habisan. Ia kehilangan paspor dan semua identitasnya. Ia mendatangi balai kota, mengira tempat itu adalah kantor polisi, lalu mengisi formulir. Mr.L mengira itu adalah formulir laporan kehilangan, padahal itu adalah formulir pendaftaran untuk pengungsi. Kesialan masih bertambah karena ia tak bisa berbahasa Inggris, dan hanya berbicara bahasa Mandarin.

Mr.L lalu dibawa ke shelter pengungsi di Duelmen, sekitar 360 km dari Heidelberg. Seperti pengungsi lainnya, ia mendapat makanan dan uang. MR.L berusaha berbicara dengan banyak orang, namun tak ada satu pun yang memahami bahasanya.

Pria berusia 31 tahun  tersebut juga telah melalui tes sidik jari dan tes kesehatan, namun penampilannya yang bersih dan berbeda membuat petugas mulai curiga. Apalagi Mr. L terus menerus menanyakan paspornya. Ini berbeda dengan pengungsi yang lain yang tak pernah menanyakan paspor mereka.

Pemerintah Jerman baru menyadari kekeliruan mereka setelah membawa Mr.L ke sebuah restoran Chinese Food untuk membantu mereka menterjemahkan identitas pria tersebut. "Dia tak bisa bahasa Jerman atau Inggris, hanya Mandarin," ujar Kepala Palang Merah di Pusat Pengungsi kepada Reuters, Rabu, 9 Agustus 2016.

"Ia menghabiskan 12 hari terjebak dalam hutan birokrasi kami karena ia tak bisa berkomunikasi," ujarnya. "Jerman saat ini terjebak dalam birokrasi yang ekstrem, Terutama setelah terjadi krisis pengungsi. Saya melihat banyak sekali formulir yang harus diisi," katanya menambahkan.

Lebih dari satu juta pengungsi datang ke Jerman pada tahun lalu. Mereka melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Suriah, Irak, Afghanistan, dan belahan dunia lain yang sedang konflik. Namun sangat sedikit pengungsi yang datang dari China.

"Ini adalah kejadian luar biasa bagi kami semua. Ia mengatakan, Eropa tak seperti yang ia harapkan," ujar Schluetermann. "Apa yang anda harapkan jika datang ke Eropa sebagai turis, namun ternyata menghabiskan 12 hari di tenda pengungsi?"

Mr. L akhirnya terbebas. Ia sangat bahagia, namun ia juga mengaku tak sedih.
 

Menteri Jerman: Pemakaian Burkini di Sekolah Harus Diizinkan