Iran Angkat Bicara soal Kisruh Laut China Selatan
- Reuters/Nguyen Minh/Files
VIVA.co.id – Republik Islam Iran turut prihatin atas situasi tidak kondusif di Laut China Selatan. Oleh karena itu, Teheran mendesak agar pihak-pihak yang bersengketa mengendalikan diri dalam menyelesaikan sengketa wilayah.
"Kami mendukung kebijakan persahabatan dan bertetangga baik dengan negara-negara di wilayah Laut China Selatan. Kami pun meminta para pihak yang bersengketa untuk menahan diri," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi, melansir situs Sputniknews, Selasa, 26 Juli 2016.
Pada Selasa, 12 Juli 2016, Pengadilan Arbitrase Internasional yang ditunjuk PBB di Den Haag, Belanda, memutuskan bahwa tidak ada dasar hukum kuat oleh klaim Beijing terhadap Laut China Selatan.
Sejumlah pulau yang disengketakan, termasuk Kepulauan Spratly dan Paracel, yang terletak di Laut China Selatan.
Klaim teritorial Beijing atas Kepulauan Spratly, yang dikenal sebagai Kepulauan Nansha oleh China, diyakini kaya akan cadangan minyak dan gas.
Faktanya, aktivitas kepulauan tersebut banyak dijalankan oleh nelayan dari Filipina, Taiwan, Malaysia, Brunei Darussalam dan Vietnam.
Sementara bagi Iran sendiri, Laut China Selatan bukanlah wilayah yang masuk teritorialnya, atau berkepentingan secara langsung.
Meski begitu, apabila salah satu jalur perdagangan terpadat dunia itu bergejolak maka akan berdampak ke wilayah Teluk Persia dan Selat Hormuz, keduanya merupakan wilayah yang kerap diklaim Iran dan juga jalur hub (penghubung) perdagangan internasional.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri China Wang Yi meminta Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mendukung kelanjutan pembicaraan antara China dan Filipina terkait kasus sengketa wilayah di Laut China Selatan.
Pasalnya, Beijing menolak putusan Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda, yang memenangkan Filipina dengan kemenangan hukum yang tegas.
Dalam pertemuan ASEAN Ministerial Meeting (AMM) ke-49 di Vientiane, Laos, Wang meminta Kerry mendukungnya mengembalikan sengketa ke "jalur yang benar", melalui dialog langsung bersama pihak-pihak terkait.