Merkel Tersandung Tragedi Penyerangan Kereta Jerman
- Social Media via REUTERS TV
VIVA.co.id – Tragedi penyerangan penumpang kereta api di Bavaria, Jerman, pada Senin malam, menurut pengamat Politik Universitas Bonn, Frank Decker, menjadi prahara bagi pemerintahan Kanselir Angela Merkel.
Pasalnya, kejadian ini akan menyeret Merkel untuk disalahkan. Tidak seperti Prancis dan Belgia, sejauh ini Jerman belum menjadi korban serangan ISIS.
Meskipun para pejabat keamanan mengatakan mereka telah menggagalkan sejumlah besar aksi teror.
Sementara, seorang pemimpin dari partai sayap kanan yang juga kelompok antiimigran, Alternative for Germany, Frauke Petry, menuding Merkel atas situasi keamanan dalam negeri ke status berbahaya.
"Merkel dan pendukungnya menyambut terlalu banyak orang muda, berpendidikan namun berpikiran radikal Muslim, ke Jerman," ungkap Petry, seperti dikutip dari situs Reuters, Rabu, 20 Juli 2016.
Tak pelak, pascatragedi tersebut, muncul pertanyaan berbagai pihak mengenai kebijakan pintu terbuka terhadap pengungsi yang digulirkan Merkel.
Pemuda 17 tahun yang tidak disebutkan identitasnya itu meneriakkan "Allahu Akbar" sebelum melakukan aksinya dengan kapal dan pisau. Pelaku melukai empat warga Hong Kong di kereta, dan melukai seorang wanita lainnya saat melarikan diri, sebelum polisi menembak mati.
Pelaku teror datang ke Jerman sebagai pengungsi pada 30 Juni 2015 di Passau, Bavaria. Kedatangannya bersamaan dengan satu juta migran yang mayoritas berasal dari Afghanistan, Suriah dan Irak.