Tanpa Dukungan Rakyat, Kudeta Militer Turki Mudah Digagalkan
- REUTERS / Huseyin Aldemir
VIVA.co.id – Upaya kudeta militer Turki berhasil digagalkan tentara pro pemerintah, setelah sempat terjadi baku tembak sejak Jumat malam hingga Sabtu dini hari waktu setempat. Kini, kondisi politik dan keamanan di negara tersebut berangsur kondusif, setelah terjadi serangkaian penangkapan terhadap pihak-pihak yang diduga terlibat kudeta ini.
Pengamat militer dan politik Turki, M. Alfan Alfian berusaha menjelaskan alasan upaya kudeta militer itu dilakukan. Menurutnya, kudeta berhubungan dengan perubahan sistem politik yang dilakukan Parlemen Turki, berupa amandemen konstitusi untuk menghilangkan kesempatan militer terlibat dalam politik di negara itu.
"Tujuannya memagari betul militer agar ?tidak masuk politik. Itu dilakukan sejak 2003, tapi militer masih masuk. Dan puncaknya di 2010, militer sama sekali tidak memiliki pengaruh kuat dalam konstitusi untuk melakukan intervensi dalam politik," ungkapnya dalam diskusi Kudeta Militer Turki di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu, 16 Juli 2016.
Upaya kudeta militer Turki ini mirip dengan peristiwa serupa yang terjadi pada 1960 dan 1980. Dalam kudeta itu, faksi internal di militer melakukan eksperimen kudeta dengan membawa senjata dan turun ke jalanan.? Bedanya, kala itu tak ada perlawanan dari masyarakat kepada sikap militer itu.
Dukungan masyarakat itulah yang tak dimiliki kelompok yang melakukan kudeta saat ini. Masyarakat justru turun ke jalan untuk menolak aksi kudeta militer.
Selain itu, kelompok politik di militer juga melemah, pasca terjadinya penangkapan terhadap 230 perwira militer karena dituding merencanakan sebuah kudeta di tahun 2003, dengan sandi operasi 'Palu Godam'. Meski belakangan dalam putusannya Mahkamah Agung Turki menyatakan keputusan awal cacat hukum dan mereka dibebaskan, tapi hal ini membuat perwira militer tersebut kehilangan jabatan.
Beberapa perwira tinggi yang kehilangan tongkat komando adalah kepala staf angkatan darat Turki Jenderal Dogan Cetin, mantan kepala staf angkatan laut Laksamana Ozden Ornek, dan mantan kepala staf angkatan udara Jenderal Halil Ibrahim Flirtina.