Prancis Berlakukan Status Darurat, Kerahkan Pasukan Cadangan
- REUTERS/Eric Gaillard
VIVA.co.id – Beberapa jam setelah serangan teror “truk maut,” yang menewaskan sedikitnya 84 orang pada perayaan Hari Bastille di Nice, Prancis, Presiden François Hollande hari ini langsung menggelar rapat terbatas membahas masalah keamanan dan pertahanan di negeri tersebut.
Presiden juga memutuskan untuk mengerahkan pasukan cadangan operasional dalam membantu jajaran kepolisian. Pasukan ini akan dikerahkan dalam Operasi Sentinelle. Operasi pengamanan ini digelar selama masa darurat di Prancis, setelah terjadi aksi teror di Paris pertengahan November 2015, dan serangkaian serangan pada redaksi majalah Charlie Hebdo.
"Presiden memutuskan memperpanjang masa darurat tiga bulan lagi, dan tetap menjalankan operasi pengamanan tingkat tinggi, operasi sentinelle, (yang mengerahkan 10 ribu orang tentara, di samping pasukan polisi)," demikian ungkap Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, dalam siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Jumat, 15 Juli 2016.
Menurut laporan terakhir yang masih bersifat sementara, serangan tersebut menelan korban 80 orang, termasuk anak-anak. Disebutkan pula puluhan orang lainnya mengalami luka-luka, dan sekitar dua puluh di antaranya berada dalam kondisi kritis.
Pengemudi truk tewas ditembak. Hingga saat ini, belum diketahui apakah ia memiliki kaki tangan. Pihak berwenang sedang memeriksa identitas sopir tersebut.
"Saat ini kami (Prancis) turut prihatin dan berbela sungkawa terhadap seluruh korban dan keluarganya. Seperti yang disampaikan Presiden Hollande tadi, Prancis menangis dan berduka, namun akan tetap lebih kuat dibanding kelompok fanatik," jelas Kedutaan Prancis.
(ren)