Idul Fitri Menandai Permulaan Baru Umat Muslim Inggris
- Reuters/Phil Noble
VIVA.co.id – Ramadan tahun ini merupakan fase yang sangat menantang bagi warga Muslim Inggris, tidak hanya secara fisik, tetapi juga mental dan spiritual pasca referendum Brexit, yang memecah belah Uni Eropa.
Dalam hal ini, tiga juta Muslim Inggris memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap perekonomian Inggris, di mana konsumen Muslim menghabiskan sekitar 20 miliar pound sterling (setara Rp340 triliun), yang sebagian besar dikeluarkan selama Ramadan. Selain itu, Muslim Inggris juga disebut sebagai "top charity givers", atau pemberi amal terbanyak di negaranya.
Seperti diberitakan Independent, Kamis, 7 Juli 2016, pada tahun ini ada banyak kegiatan yang dilakukan warga Muslim di Inggris selama Ramadan. Diantaranya acara Iftar (buka puasa) yang diadakan banyak komunitas di seluruh negeri, untuk menghubungkan orang-orang dari berbagai budaya dan latar belakang. Momen ini juga dimanfaatkan untuk membuat persahabatan baru dengan orang lain.
Di Lambeth Palace, Uskup Agung Canterbury mengadakan sebuah acara buka puasa, yang diikuti oleh berbagai masyarakat lintas agama, termasuk Kepala Rabbi dan Wali Kota London, Sadiq Khan.
Terkait kepedulian atas pengungsi di berbagai negara, Muslim Inggris juga mengumpulkan sumbangan amal untuk membantu para tunawisma, memberikan paket bantuan makanan, sumbangan dana untuk pengungsi Suriah dan membangun sumur di beberapa wilayah Afrika dan Asia.
"Kami berdiri dengan solidaritas bagi 1,8 miliar masyarakat Muslim yang berdoa selama Idul Fitri, untuk perdamaian, keamanan, stabilitas dan kemakmuran semua manusia, di Inggris dan di seluruh dunia," kata Khan.
(ren)