Parlemen Prancis Usulkan Rombak Badan Intelijen
- Reuters
VIVA.co.id – Parlemen Komisi Penyidikan Prancis mengatakan, badan intelijen Prancis harus dirombak. Usulan itu disampaikan mengingat terjadinya insiden serangan mematikan di Paris pada 2015.
"Beberapa layanan harus digabung menjadi satu lembaga," kata Presiden Komisi, Georges Fenech, seperti dikutip dari situs BBC, Selasa, 5 Juli 2016. Ia mengusulkan agar badan intelijen tersebut dibentuk seperti Pusat Kontra-Terorisme Amerika Serikat.
"Kami harus lebih cerdas dan ambisius dalam menghadapi ancaman terorisme. Komisi menemukan status darurat yang ditetapkan usai kejadian tidak memiliki dampak yang besar dalam keamanan," kata Fenech.
Setelah kejadian bom Prancis 2015, sekitar 7.000 tentara ditugaskan di negara mode tersebut sebagai tenaga tambahan. Mereka dikerahkan untuk menjaga sekolah, rumah ibadah, mal, dan sejumlah tempat keramaian lainnya.
Serangan pada November 2015 itu menewaskan ratusan orang dan memicu kritik terhadap respons dari aparat keamanan. Delapan orang teroris ISIS yang terlibat dalam insiden ini dinyatakan tewas karena bom bunuh diri dan ditembak saat dalam kejaran polisi.