Ribuan Warga Inggris Unjuk Rasa Tolak Brexit
- Reuters/Rob Stodhart
VIVA.co.id – Ribuan warga Inggris, pada Sabtu, 2 Juli 2016, merapatkan barisan di London, Ibu kota Inggris. Mereka memprotes keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) berdasarkan hasil referendum beberapa waktu yang lalu.
Melansir situs BBC, Minggu, 3 Juli 2016, para pengunjuk rasa yang dimotori oleh organisasi yang dibentuk di media sosial ini berkumpul di sekitar Park Line, dengan memegang plakat bertuliskan “Bremain" dan "We Love European Union” sebelum menuju ke Parliament Square.
Salah satu demonstran, Mark Thomas, mengatakan hasil referendum yang menyatakan kemenangan bagi kelompok Brexit dengan persentase sebesar 52 persen pada akhirnya telah menyebabkan beberapa warga Inggris yang kehilangan suara dalam referendum mengamuk.
Sementara itu, Koordinator demonstrasi, Keiran Mac Dermott, mengatakan para demonstran berharap pemerintah bisa menghentikan proses keluarnya Inggris dari apa yang sudah tercantum dalam Pasal 50 Undang-undang Uni Eropa.
Di antara kerumunan para demonstran, Bill Baker (59) dan putrinya, Jess Baker (22), yang berasal dari Islington, London Utara, juga membuat banner yang bertuliskan “Aku Akan Selalu Mencintai Uni Eropa”. Jess Baker mengaku masih menginginkan Inggris tetap berada di kawasan benua biru itu.
“Kami tidak ingin pergi (dari Uni Eropa). Kami masih ingin Inggris menjadi Uni Eropa yang tetap berorientasi dan inklusif,” katanya.
Meski tidak ada angka pasti berapa jumlah demonstran, namun setidaknya ada sekitar ribuan orang yang memadati tiap ruas jalan Hyde Park. Mayoritas para demonstran terdiri dari kalangan muda, setengah baya, orang tua, sampai dengan orang-orang yang telah menempuh perjalanan jauh.
Aksi ini direncanakan sudah sejak satu minggu lalu, di mana banyak dari para demonstran tersebut menghabiskan waktunya di media sosial untuk berbagi meme anti-Brexit secara daring. Isinya, menyuarakan keprihatian mereka secara personal atas hasil referendum.
Plakat, tanda dan spanduk yang disuarakan oleh demonstran, sangat mengekspresikan rasa kemarahan, kebencian, juga rasa frustrasi dari kurangnya peran pemerintah pasca hasil pemungutan suara. Salah satunya, ditujukan oleh Laura Honickberg (33) yang berasal dari London.
“Saya Yahudi dan saya menemukan kebangkitan nasionalisme dan kejahatan di Eropa. Ini sangat memperihatinkan,” ujar Laura. (ase)