Guru Besar Sejarah Jabat Presiden Islandia
- Reuters/Geirix
VIVA.co.id – Seorang profesor sejarah dari University of Iceland di Ibu Kota ReykjavÃk, bernama Gudni Johannesson (48 tahun), memenangi pemilihan Presiden Islandia yang dilaksanakan usai insiden bocornya Panama Papers pada April lalu. Kondisi itu berimbas kepada pengunduran diri Perdana Menteri Sigmundur DavÃd Gunnlaugsson.
Melansir situs The Guardian, Senin, 27 Juni 2016, Johannesson memperoleh 39,1 persen suara, mengalahkan pengusaha wanita yang mencalonkan diri secara independen, Halla Tomasdottir, yang menempati urutan kedua dengan perolehan suara 27,9 persen.
Sementara itu, David Oddsson, mantan perdana menteri dan gubernur bank sentral yang juga rival ketat Johannesson, hanya memperoleh 13 persen suara.
Pendatang baru di ranah politik dari Partai Independen itu memutuskan mencalonkan diri menjadi orang nomor satu di Islandia. Johannesson akan menggantikan Olafur Ragnar Grimsson (73) yang telah menjabat sebagai Presiden Islandia selama 20 tahun.
Menguaknya skandal Panama Papers telah menyeret nama Sigmundur David Gunnlaugsson dan istrinya, Anna Sigurlaug Palsdottir.
Mereka diduga menggunakan jasa firma di luar negaranya demi menyembunyikan investasi bernilai jutaan dolar AS dari kewajiban pajak.
Dalam data itu terungkap, Gunnlaugsson dan istrinya, membeli Wintris Inc. yang merupakan perusahaan di wilayah Kepulauan Virgin, Inggris, pada Desember 2007.
Dia mengalihkan 50 persen sahamnya kepada sang istri pada 2009, dengan jumlah simbolik sebesar US$1. Terkait kasus ini, dia berkeras mengaku tak pernah menyembunyikan uang, terlebih di luar negeri.
Sementara itu, tentang istrinya, Gunnlaugsson mengatakan, Anna yang sudah berlimpah harta dari ayahnya selalu membayar kewajiban pajaknya di Islandia.