Skotlandia Ingin Referendum, Inggris Butuh Ketenangan
- VIVA.co.id / Rebecca Reifi Georgina
VIVA.co.id – Duta Besar (dubes) Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, mengaku pihaknya tak bisa berkomentar banyak mengenai keinginan Skotlandia dan Irlandia Utara untuk membuat referendum.
Kedua negara itu ingin menggelar referendum untuk menuntut kemerdekaan negara mereka, usai referendum Inggris yang memisahkan diri dari Uni Eropa.
"Masalah referendum (Skotlandia dan Irlandia Utara) lebih jauh, saya tidak dapat berkomentar sekarang ini. Saya sudah melihat berita ada beberapa yang menginginkan referendum," kata Malik saat ditemui di gedung Kedutaan Besar Inggris, Jakarta, Sabtu, 25 Juni 2016.
Malik berpendapat, keinginan referendum tersebut merupakan masalah yang akan diperbincangkan dalam politik Inggris dalam beberapa bulan ke depan. "Ini (Brexit) menjadi perdebatan besar di Inggris dan tentu rakyat sangat dilibatkan. Hasilnya sudah ada. Masyarakat membutuhkan waktu untuk mencerna hasilnya," kata Malik.
Ia menegaskan, Inggris membutuhkan ketenangan dan kebersamaan. "Dengan kebersamaan dan pemulihan, negara kami akan terus berjalan," katanya.
Sebelumnya, Menteri pertama Skotlandia, Nicola Sturgeon mengatakan, referendum kedua sangat mungkin dilakukan di negaranya setelah Inggris meninggalkan Uni Eropa (UE). Sebab, Skotlandia sangat tidak setuju dengan pemisahan diri Inggris dari UE yang berdampak juga bagi mereka.
Pada pemberian suara kemarin, jumlah total suara dari Skotlandia yang mendukung agar Inggris tetap berada di UE adalah 62 persen melawan 38 persen, yang setuju agar Inggris keluar dari UE. Namun secara keseluruhan Inggris memutuskan untuk 'bercerai' dari UE dengan perolehan suara 52 persen melawan 48 persen.