Jepang Panik Inggris Pisah dari Uni Eropa
- Reuters/Issei Kato
VIVA.co.id – Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso menegaskan bahwa Tokyo siap untuk melakukan tindakan keras untuk mengatasi volatilitas liar di pasar keuangan yang didorong kekhawatiran tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
"Kami sangat khawatir tentang risiko terhadap ekonomi global serta pasar valas," kata Aso, seperti dilansir dari situs Channel News Asia, Jumat, 24 Juni 2016.
Ia mengatakan pihaknya akan merespons dengan tegas terkait dengan referendum Inggris ini, karena menurutnya, sangat penting untuk memastikan pertumbuhan ekonomi global serta mempertahankan mata uang dan stabilitas keuangan.
Aso menolak berkomentar ketika ditanya tentang kemungkinan intervensi terkoordinasi di pasar mata uang. Hal ini mengingat penguatan yen di atas US$100 akibat status safe haven.
"Pasar nilai tukar sekarang menunjukkan gerakan yang 'sangat gugup'. Untuk mencegah pergerakan, saya akan memperhatikan pergerakan pasar mata uang dan merespons tegas bila diperlukan," kata dia.
Sementara, Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan / BoJ), Haruhiko Kuroda, juga mengeluarkan pernyataan serupa bahwa bank sentral siap memberikan likuiditas ke pasar keuangan, termasuk menggunakan swap arrangement dengan bank sentral lain.
Pembuat kebijakan Jepang khawatir Brexit bisa meningkatkan permintaan safe haven yen dan memicu kenaikan yang tidak diinginkan dalam mata uang Jepang. Hal tersebut akan mempengaruhi ekspor Jepang dan mendorong perekonomian kembali ke resesi.