Anggota Parlemen Inggris yang Tewas Akan Berultah Rabu Depan

Anggota Parlemen Inggris, Jo Cox, yang tewas ditembak.
Sumber :
  • reuters.com

VIVA.co.id – Brendan Cox, suami mendiang Jo Cox anggota Parlemen Inggris yang tewas ditembak, mengenang istrinya sebagai seorang yang penuh semangat, murah senyum dan cinta keluarga.

Usai Brexit, Sebaiknya Investor Lihat Sisi Positif Ini

Melansir situs Metro, Jumat, 17 Juni 2016, ia pun bercerita perjalanan karier pujaan hatinya itu saat bekerja di Oxfam, sebuah lembaga nirlaba yang fokus mengkampanyekan isu kemanusiaan.

Selama periode 2001-2009, Cox bekerja untuk Oxfam International dengan keahlian bidang advokasi dan penanggulangan bencana.

Britain Exit, Kemlu: Visa Schengen Tetap Jalan

Karir wanita lulusan Cambridge University pada 1995 ini terus melejit, hingga menjadi kepala kebijakan kampanye Oxfam.

Cox pernah menjabat kepala kampanye Oxfam untuk reformasi perdagangan di Brussels, Belgia. Pada 2005, ia sebagai kepala advokasi di Oxfam GB.

Hasil Referendum Tak Pengaruhi Hubungan RI dan Inggris

Kemudian, periode 2007 - 2009, ia menjabat kepala kampanye kemanusiaan Oxfam International di New York, Amerika Serikat.

Tak hanya itu saja. Cox juga pernah bekerja sebagai penasihat untuk istri mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, yakni Sarah Brown dan Baroness Kinnock of Holyhead, anggota Partai Buruh di Parlemen Eropa.

 


 

Pemimpin berenergi dan inspiratif

Menurut mantan rekan kerjanya di Oxfam, Max Lawson, Jo Cox ibarat "roket saku kecil dari utara". "Dia seperti bola energi. Selalu tersenyum, penuh ide-ide baru, idealisme dan bergairah. Dia memberi begitu banyak untuk Oxfam," kata Lawson.

Ia juga mengaku kalau Cox seorang pemimpin inspiratif dan brilian.

"Dia benar-benar membawa yang terbaik untuk kita semua. Selalu positif dan selalu percaya kami bisa menang, serta selalu bersemangat untuk perubahan yang lebih baik," tuturnya.

Hal ini dibuktikan ketika terjadi krisis kemanusiaan di Darfur, Sudan. "Dia sangat vokal untuk membawa energi besar dalam kampanye kami untuk mengatasi krisis kemanusiaan di sana, yang saat ini, hampir putus asa," papar Lawson.

Cox baru menjadi anggota Parlemen Inggris sekitar satu tahun. Meski singkat, ia telah mengukir reputasi sebagai pembicara yang blak-blakan dan operator yang solid.

Ibu dari dua anak bernama Batley dan Spen ini sejatinya akan merayakan hari jadinya ke-42 tahun pada Rabu depan. Ia pun digadang-gadang bakal menjadi Menteri Inggris di masa depan.

Cox ditembak mati di daerah pemilihannya Birstall dekat Leeds, Inggris Utara, pada Kamis. Pelaku penembakan seorang laki-laki berusia 52 tahun bernama Tommy Mair.

 


 

Ilustrasi dukungan agar Inggris keluar dari Uni Eropa.

Warga Inggris Kumpulkan Tanda Tangan untuk Referendum Kedua

Sudah empat juta tanda tangan yang berhasil dikumpulkan.

img_title
VIVA.co.id
29 Juni 2016