Anggota Parlemen Inggris Ditembak Mati
- Reuters/Neil Hall
VIVA.co.id – Seorang anggota Parlemen Inggris, Jo Cox (41 tahun) ditembak mati di daerah pemilihannya Birstall dekat Leeds, Inggris Utara, pada Kamis. Kasus penembakan ini ibarat shock therapy bagi Inggris di saat persiapan menjelang referendum Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa) pada Kamis pekan depan.Â
Cox merupakan anggota parlemen dan oposisi dari Partai Buruh serta pengacara yang vokal.
Melansir situs Reuters, Jumat, 17 Juni 2016, berdasarkan laporan bahwa Cox ditikam lalu ditembak. Kepolisian Wilayah West Yorkshire mengatakan seorang tersangka penembakan, pria berusia 52 tahun, telah ditangkap oleh aparat keamanan berserta senjata api sebagai barang bukti.
"Kami tidak dalam posisi untuk membahas motif apa pun saat ini," kata Pejabat Sementara Kepala Polisi West Yorkshire, Dee Collins.
Seorang saksi mengatakan pria tersebut tiba-tiba mengeluarkan senapan dari dalam tasnya, lalu menembak Cox sebanyak dua kali.
"Saya melihat seorang wanita terjatuh di lantai dengan berlumuran darah. Saat itu, dia masih hidup dan jelas sangat kesakitan. Tapi dia tidak berteriak minta tolong," ujar Hichem Ben-Abdallah.
Akibat insiden ini, gelaran referendum ditangguhkan.
Beberapa analis berspekulasi bahwa insiden ini bisa mendulang suara dalam referendum agar tetap menjadi "keluarga besar" Uni Eropa. Setelah sebelumnya jatuh dalam beberapa hari terakhir.
Bahkan, mata uang Inggris, poundsterling, menguat terhadap dolar AS sekitar dua sen.
Sementara, Perdana Menteri Inggris, David Cameron akan pulang lebih cepat dari kunjungannya di Gibraltar, wilayah Inggris di pantai selatan Spanyol.
Ia pun langsung mengucapkan belasungkawa atas tewasnya ibu dua anak yang pernah bekerja dalam kampanye pemilihan Presiden AS Barack Obama pada 2008.
"Ini sebuah tragedi. Kami telah kehilangan seorang bintang besar dan wanita hebat," kata Cameron.
Sedangkan, Menteri Keuangan George Osborne dan Gubernur Bank Sentral Inggris Mark Carney membatalkan pidato utamanya yang direncanakan pada Kamis malam, bersama Dana Moneter Internasional (IMF) soal publikasi laporan ekonomi Inggris.