Krisis Pangan di Venezuela Bertambah Parah
- Reuters/Marco Bello
VIVA.co.id – Krisis pangan yang melanda Venezuela terus meluas. Setiap hari terjadi lebih dari 10 kali penjarahan pangan di seluruh wilayah negara tersebut.
Kelompok pemantau Venezuelan Observatory of Violence mengatakan, lebih dari 10 penjarahan terjadi setiap hari di seluruh wilayah negara yang saat ini sedang menderita resesi dan inflasi tinggi tersebut.
Demonstrasi yang menuntut ketersediaan pangan juga terjadi nyaris setiap hari. Tuntutan "Kami Ingin Makan!" terdengar di seluruh Venezuela. Merosotnya stok bahan pangan dan harga yang menggila membuat rakyat Venezuela tak bisa memperoleh pangan dengan leluasa. Mereka marah pada Presiden Nicolas Maduro karena dianggap gagal menyediakan pangan yang cukup.
Di beberapa wilayah pecah kerusuhan, bahkan kematian. Penangkapan terhadap pelaku demonstrasi juga dilakukan. "Ada 400 orang yang ditangkap. Korban yang tewas tak ada hubungannya dengan penjarahan," ujar Gubernur Luis Acuna yang berasal dari Partai Sosialis.
Nelson Moreno, Gubernur Anzoategui mengatakan, delapan orang di wilayahnya telah ditangkap pada Selasa, 14 Juni 2016. Sementara di Jaksa di wilayah Merida mengatakan sedang menyelidiki kematian seorang remaja berusia 17 tahun.
Meski kerusuhan terus meluas, namun pemerintahan Nicolas Maduro terus mengatakan bahwa aksi-aksi tersebut adalah rekayasa. "Saya tak ragu, ada yang membayar mereka untuk melakukan ini," ujar Gubernur Luis Acuna.
Kelompok oposisi Venezuela mengatakan, Presiden Nicolas Maduro dan pendahulunya, Hugo Chavez adalah pihak yang paling layak disalahkan dengan kejatuhan ekonomi Venezuela, negara dengan penduduk 30 juta jiwa. Inflasi Venezuela saat ini menjadi inflasi paling tinggi di dunia. Pihak oposisi terus mengejar referendum untuk menyingkirkan Nicolas Maduro dan Partai Sosialis yang mendukungnya. Namun Maduro dan seluruh pendukungnya masih terus bertahan dan mengklaim Barat berada dibawah rencana penggulingan mereka. Maduro dan pendukungnya terus mengatakan, apa yang terjadi di negara mereka saat ini adalah sebuah rekayasa untuk menghancurkan Venezuela.