Komunitas Muslim AS Kutuk Penembakan di Orlando
- Reuters
VIVA.co.id – Penembakan terjadi di sebuah kelab kaum gay di Orlando, Pulse Club pada Minggu, 12 Juni 2016. Penembakan yang menewaskan sekitar 50 orang dan 53 di antaranya luka-luka itu dikecam oleh komunitas Muslim.
Â
Salah satunya adalah Maged Metwally, Imam Stuart Masjid, yang jaraknya sekitar 30 menit dari lokasi penembakan itu. Metwally mengutuk serangan tersebut. Dia merasa frustrasi atas insiden yang merusak reputasi agama yang dianutnya.
"Orang-orang seperti mereka (pelaku) menodai Islam. Ini kebodohan dan ketidaktahuan, dan itu menghancurkan agama kita. Di Alquran tidak pernah diperintahkan untuk membunuh," kata Metwally, seperti dilansir dari ABC News.
Pelaku pembantai di kelab malam tersebut diketahui bernama Omar Mateen, pria diduga terlibat dalam kelompok radikal negara Islam dan Irak Suriah (ISIS). Ini merupakan penembakan massal terburuk dalam sejarah Amerika Serikat.
Komunitas Muslim di wilayah ini, menurut Netwally, kecil dan sederhana, sehingga kaum Muslim selalu diperlakukan dengan baik oleh masyarakat non-Muslim. Dia mengatakan bahwa sekitar 50 orang di Stuart dan kota-kota sekitarnya datang ke masjid untuk berdoa bersama.
Karena itu, terkait insiden biadab tersebut, dia mengaku frustrasi dan mendesak sesama Muslim untuk menyumbangkan darah mereka kepada korban yang terluka dan mempromosikan kampanye penggalangan dana untuk korban penembakan melalui sebuah akun di media sosial.
Kelab tersebut menjadi sasaran karena memegang peranan penting dalam sejarah LGBT. Pelaku diduga tidak menyukai aktivitas kaum gay.
"Mereka satu-satunya tempat berkumpul yang aman dan tindakan mengerikan ini membuat kami tidak lagi aman. Terlalu banyak keluarga Orlando kehilangan orang yang mereka cintai dalam insiden ini. Ini alasan para pemimpin dan kelompok Muslim Amerika bersatu untuk mengumpulkan dana bagi keluarga korban," kata seorang wakil dari Council on America-Islamic Relations (CAIR).
Pada konferensi pers hari sebelumnya, Imam Muhammad Musri selaku Presiden Islamic Society of Central Florida mengutuk serangan itu dan menyerukan doa bagi para korban.
Sementara itu, Syed Safik Rahman, Imam di Islamic Center of Fort Pierce, Florida, di mana pelaku tercatat sebagai jemaah di sana selama 10 tahun, mengatakan bahwa kepribadian Mateen telah berubah dari waktu ke waktu. Dia menjadi lebih menarik diri.
Dalam sebuah pernyataan, agen FBI mengatakan Mateen telah diwawancarai oleh FBI pada 2014 karena terkait dugaan kedekatannya dengan pembom Moner Abusalha.
Metwally bersikeras bahwa orang-orang seperti Mateen dan Abusalha tidak mewakili kehidupan Muslim Florida. Dia mengatakan bahwa dia dan anggota muslim lainnya tidak bisa memahami logika seorang Muslim yang merugikan Amerika.
"Saya datang ke sini dengan tujuan ini adalah rumah saya. Mengapa ada orang yang ingin merugikan AS?," ujarnya. (ase)