Pembantaian di Klub Gay, Obama Turut Berduka
- REUTERS/Carlo Allegri
VIVA.co.id – Seorang pria bersenjata membunuh 50 orang dalam suatu pesta kaum gay di sebuah klub malam di Orando, Florida, pada Minggu dini hari waktu setempat. Dilansir Reuters, Senin 13 Juni 2016, peristiwa tersebut menjadi penembakan massal terburuk di Amerika Serikat. Presiden Barack Obama turut berduka dan sangat mengecam tindakan teror dan kebencian itu.
Polisi berhasil membunuh pria bersenjata tersebut, yang diidentifikasi bernama Omar Mateen, 29, pria kelahiran Florida yang merupakan anak dari pasangan warga AS dan imigran dari Afganistan. Sebelumnya, dalam beberapa tahun terakhir, Mateen telah dua kali diperiksa FBI.
Aparat penegak hukum saat ini sedang menyelidiki bukti bahwa serangan itu terinspirasi oleh ISIS, meskipun mereka mengatakan tidak ada bukti bahwa Mateen telah berhubungan secara langsung dengan kelompok itu.
"Telah dilaporkan bahwa Mateen membuat panggilan 911 pagi tadi, di mana ia menyatakan kesetiaannya kepada pemimpin ISIS," kata Ronald Hopper, asisten agen khusus FBI yang bertanggung jawab pada kasus itu.
Tembakan terdengar di klub malam Pulse yang terletak di jantung kota. Klub malam itu merupakan salah stu tujuan wisata paling populer AS karena 350 pelanggannya sedang menghadiri acara musik latin dalam perayaan kebanggaan gay.
Salah satu pengunjung club malam itu menjelaskan peristiwa teror dan kekacauan yang terjadi. Dia mengaku, berhasil lolos dari penembakan karena bersembunyi di bawah mobil yang ditutup oleh orang asing yang terluka.
"Saya tidak dapat mengungkapkan dengan kata-kata pada peristiwa itu. Banyak orang berlumuran darah," tulis Joshua McGill dalam status Facebooknya.
Sebanyak 50 orang tewas dan 53 orang lainnya diketahui terluka dalam peristiwa itu. Insiden itu menjadi penembakan massal tunggal AS yang paling mematikan.
"Kita tahu cukup untuk mengatakan ini adalah aksi teror, tindakan kebencian. Sebagai orang Amerika, kita bersatu dalam kesedihan, dan kemarahan serta tekad untuk membela rakyat kami," kata Obama, dalam pidatonya di Gedung Putih.
(ren)